SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR TLP;(0541)2772019 HP/WA;0852.4690.2754 PINBB;D9844F83
Wednesday, November 30, 2011
Dijual Rumah Komplek Perumahan TVRI Samarinda Sempaja
Dijual Rumah Perumahan Bukit Indah Temindung Indah (Artas) Samarinda
Dijual Rumah Jl.Jakarta Samarinda
Dijual Rumah Jl.AW.Syahranie Samarinda
Sunday, November 27, 2011
Dijual Mobil AVEO 2004 Posisi Mobil Samarinda
Saturday, November 26, 2011
Dijual Mobil Dump Truck Canter 2010 Bak Standar. Posisi Mobil Samarinda
Dijual Mobil Chevrolet Spark 2011 Posisi Mobil Samarinda
Dijual Honda City Tahun 2011 Posisi Mobil Samarinda
Friday, November 25, 2011
Dijual Rumah Jl.Juanda Perumahan BAP Samarinda
Dijual Rumah Jl.PM.Noor Perumahan Rapak Benuang Indah Samarinda
Dijual Rumah Perumahan Rapak Benuang Samarinda
Dijual Rumah Jl.Jakarta Perum Korpri Samarinda
Dijual/Dikontrakan JL, A.Yani Perumahan Cendrawasih Samarinda
Wednesday, November 23, 2011
Dijual Toyota Yaris E 2006 Posisi Mobil Samarinda
Dijual Xenia Sporty 2009 Posisi Mobil Samarinda
Dijual Kijang LX 2004 Posisi Mobil Samarinda
Dijual Feroza Tahun 95 Posisi Mobil Samarinda
Dijual Honda Jazz Idsi 2004 Posisi Mobil Samarinda
Dijual Escudo 1.6 2004 Posisi Mobil Samarinda
Dijual Livina Ultimate Tahun 2009 Posisi Mobil Samarinda
Tuesday, November 22, 2011
Dijual CBR 2011 Harga 41JT Milik Pribadi, Posisi Motor Samarinda
Dijual APV X 2007 Posisi Mobil Samarinda
Dijual Xenia Li 2009 Sporty Posisi Mobil Samarinda
Dijual Kijang LGX 98 Posisi Mobil Samarinda
Dijual Terios TX MT Tahun 2011 Posisi Mobil Samarinda
Dijual Ruko Jl.Padat Karya, Bengkuring Samarinda
Dijual Rumah Jl.Markisa Samarinda
Disewakan Rumah Siap Huni Fasilitas Lengkap Untuk Kantor, Hunian, Perumahan Kopri Blok.BB.No.22 Samarinda
Dijual Cepat Rumah Untuk, Kantor, Mess, dll Jalan Jakarta 2 Loa Bakung Menuju Sebelum ke Perumahan Daksa Samarinda
Dijual Cepat Rumah Untuk, Kantor, Mess, dll 2Lt,Luas Tnh.600m2(20x30m), luas Bangunan 240m2,Permanen Belum Jadi 85% Jalur Listrik, Telp, Air ada, Pinggir Jalan Jakarta 2 Loa Bakung Menuju Sebelum ke Perumahan Daksa Harga 1,6 M(nego) Bagi Yang Serius Liat Rumahnya Hub; TLP;(0541)7751197 HP;085246902754 PINBB;27F938C4
Monday, November 21, 2011
Dijual Take Over Rumah Jl.Juanda 4 Samarinda
Dijual Rumah Jl.Wahid Hasyim 2 (Sempaja) Perumahan Pinang Mas Samarinda
Dijual Take Over Ruko 2LT Perumahan Citra Gading Samarinda
Take Over Toyota Innova G 2006 Warna Hitam Posisi Mobil Samarinda
Sunday, November 20, 2011
Dijual KIA Visto Matic Tahun 2003 Posisi Mobil Samarinda
Dijual Rumah Jl.Jakarta II Perum Daksa Blok D Samarinda
Dijual Tanah Jl.M.Said GG.6 Samarinda Tanah SHM
Dijual Tanah Jl.M.Said GG.6 Samarinda Tanah SHM LT; 10X20. Harga 45Jt. Bagi Yang Serius Liat Tanahnya Hub; TLP;(0541)7751197 HP;085246902754 PINBB;27F938C4 http://bit.ly/w56yQc
Saturday, November 19, 2011
JK Dorong Lulusan PT Jadi Pengusaha
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mendorong para lulusan perguruan
tinggi agar menjadi pengusaha, karena kesempatan bekerja lebih luas
ketimbang mendaftar menjadi pegawai negeri sipil.
"Lulusan perguruan tinggi jangan berharap menjadi pegawai negeri sipil (PNS), karena peluangnya lebih kecil," katanya ketika menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Teknologi Industri 2011 yang mengangkat tema ’Mengembangkan Jiwa Kewirausahaan Berdaya Saing Menuju Persaingan Global’, di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Sabtu (19/11/2011).
Menurut dia, kuota PNS saat ini hanya terbatas pada tenaga pendidik dan kesehatan, sehingga lulusan perguruan tinggi hendaknya mempertimbangkan pilihan lain di luar PNS. "Pilihan lain para lulusan PT adalah bekerja di sektor swasta atau menjadi pengusaha atau berwirausaha," katanya.
Ia mengatakan para lulusan PT yang ingin menjalankan usaha sebaiknya mampu bersaing. "Seorang pengusaha yang mampu bersaing tentunya inovatif dan kreatif dalam menjalankan usahanya sehingga mampu meningkatkan nilai usaha," kata dia.
Kalla mengatakan untuk memajukan usaha, para pelaku usaha harus melakukan banyak penelitian yang aplikatif.
Dalam kesempatan itu, Jusuf Kalla juga mengatakan kewirausahaan mendorong budaya di Indonesia saling berbaur karena bertujuan mencapai kemajuan ekonomi. "Budaya lokal di Indonesia saat ini saling berbaur karena didorong oleh kebutuhan yang sama yakni memajukan setiap usaha," katanya.
Dia mencontohkan budaya lokal yang berbaur adalah budaya yang tumbuh dan berkembang di sektor maritim dan agraris. "Pada awalnya budaya maritim mendorong orang untuk menjadi pengusaha karena orang yang tinggal di kawasan maritim cenderung agresif dan berani mengambil risiko saat menjalankan usaha," kata dia.
Sedangkan, masyarakat yang tumbuh dan berkembang di lingkungan agraris, contohnya petani cenderung tidak berani menanggung risiko.
Menurut dia, dalam perkembangannya kedua masyarakat yang hidup dalam budaya saling berbaur karena memiliki tujuan yang sama, yakni meningkatkan kemajuan ekonomi melalui wirausaha.
Ia mengatakan pendidikan, pergaulan, dan pengalaman hidup mengubah segalanya karena masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda bisa saling berbaur dan berinteraksi. "Orang kemudian menjadi kreatif dan bisa berekspresi saat menjalankan segala macam usaha," katanya.
"Lulusan perguruan tinggi jangan berharap menjadi pegawai negeri sipil (PNS), karena peluangnya lebih kecil," katanya ketika menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Teknologi Industri 2011 yang mengangkat tema ’Mengembangkan Jiwa Kewirausahaan Berdaya Saing Menuju Persaingan Global’, di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Sabtu (19/11/2011).
Menurut dia, kuota PNS saat ini hanya terbatas pada tenaga pendidik dan kesehatan, sehingga lulusan perguruan tinggi hendaknya mempertimbangkan pilihan lain di luar PNS. "Pilihan lain para lulusan PT adalah bekerja di sektor swasta atau menjadi pengusaha atau berwirausaha," katanya.
Ia mengatakan para lulusan PT yang ingin menjalankan usaha sebaiknya mampu bersaing. "Seorang pengusaha yang mampu bersaing tentunya inovatif dan kreatif dalam menjalankan usahanya sehingga mampu meningkatkan nilai usaha," kata dia.
Kalla mengatakan untuk memajukan usaha, para pelaku usaha harus melakukan banyak penelitian yang aplikatif.
Dalam kesempatan itu, Jusuf Kalla juga mengatakan kewirausahaan mendorong budaya di Indonesia saling berbaur karena bertujuan mencapai kemajuan ekonomi. "Budaya lokal di Indonesia saat ini saling berbaur karena didorong oleh kebutuhan yang sama yakni memajukan setiap usaha," katanya.
Dia mencontohkan budaya lokal yang berbaur adalah budaya yang tumbuh dan berkembang di sektor maritim dan agraris. "Pada awalnya budaya maritim mendorong orang untuk menjadi pengusaha karena orang yang tinggal di kawasan maritim cenderung agresif dan berani mengambil risiko saat menjalankan usaha," kata dia.
Sedangkan, masyarakat yang tumbuh dan berkembang di lingkungan agraris, contohnya petani cenderung tidak berani menanggung risiko.
Menurut dia, dalam perkembangannya kedua masyarakat yang hidup dalam budaya saling berbaur karena memiliki tujuan yang sama, yakni meningkatkan kemajuan ekonomi melalui wirausaha.
Ia mengatakan pendidikan, pergaulan, dan pengalaman hidup mengubah segalanya karena masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda bisa saling berbaur dan berinteraksi. "Orang kemudian menjadi kreatif dan bisa berekspresi saat menjalankan segala macam usaha," katanya.
Sumber :
Antara
Dijual Rumah Jl.AW.Syahranie GG.4 Air Hitam Samarinda
Dijual Mazda 2 Matic Tahun 2011 Posisi Mobil Samarinda
Friday, November 18, 2011
Dijual Taruna CX Tahun 2000 Posisi Mobil Samarinda
Dijual Rumah Jl.Manunggal Loabakung Samarinda
Dijual Mobil Pick Up Mitsubishi Colt T120ss 1.5 2007 Posisi Mobil Samarinda
Dijual Toyota Rush 2011 Type S Posisi Mobil Samarinda
Dijual Xenia Xi Family 2010 Posisi Mobil Samarinda
Dijual Kijang Innova G 2005 Posisi Mobil Samarinda
Karmono, dengan Jambu Merah Delima Tembus Swalayan
Alih-alih berbekal pengalaman dan keahlian, usaha budidaya buah
Karmono justru didorong oleh kebutuhan untuk menyekolahkan keempat
anaknya. Pensiunan guru sekolah dasar dari Demak, Jawa Tengah ini kini
berhasil membudidayakan sejumlah buah yakni jambu merah delima, jambu
citra, jambu hijau dan belimbing Demak.
Sebenarnya, ia bukan penemu laiknya Albert Einstein. Waktu itu, ia hanya membeli empat bibit jambu air dari Desa Krapyak, Kabupaten Demak. Karmono pun mencoba untuk menanamnya pada tahun 1986. "Jambu hanya ditanam di depan rumah saja (di Desa Krapyak pada waktu itu)," ujar Karmono kepada Kompas.com, Minggu (13/11/2011).
"Alhamdullilah, selang beberapa tahun memang jambu itu adalah favorit. Hasilnya bagus, sehingga kurang lebih tahun-tahun berikut itu jadi hasil yang maksimal," tambah dia.
Jambu tersebut terkenal dengan warnanya yang merah, tebal, manis, dan berbentuk oval. Belakangan, jambu ini dikenal sebagai jambu merah delima. Apa makna dari nama jambu itu? Disebut merah karena berkaitan dengan warna jambunya. Sedangkan delima singkatan dari kandel (tebal) dan lima. Delima juga mempunyai arti lain yakni Kandel Iling Marang Allah, atau rasa ingat yang tebal kepada Allah. Maksud arti tersebut, ada harapan agar warga Demak semakin tinggi ketakwaannya kepada Tuhan.
Ia pun mengatakan, waktu tumbuh bibit jambu itu menjadi pohon dan menghasilkan buah ada sekitar 2,5 tahun. Selama satu tahun, terang dia, panen bisa dilakukan 2-3 kali. Satu pohon besar bisa menghasilkan jambu sebanyak tiga keranjang yang berukuran minimal 60 kilogram. Sementara, pohon yang kecil hanya menghasilkan satu keranjang. Harga per kilogram bisa mencapai Rp 10.000 jika musim panen sedang bagus.
Saat ini, ia mempunyai dua lahan besar. Satu lahan yang berukuran 77 x 22 meter persegi ada 32 buah pohon jambu, dan lahan lainnya yakni seluas 10 x 63 meter persegi, sudah ada 12 pohon jambu. Sebagian besar diisi oleh jambu merah delima. Waktu pertama kali menanam dengan jumlah pohon jambu sebanyak 4 buah, ia berhasil mendapatkan hasil panen sebesar Rp 670.000.
Pendapatannya ini pun digunakan sebagai biaya sekolah anak-anaknya. "(Saya) memang berupaya untuk menambah penghasilan karena penghasilan guru SD tidak seberapa seperti sekarang," ucap Karmono yang juga beristrikan seorang guru SD.
Sebenarnya, jambu ini bukan budidaya buah yang pertama kali dilakukannya. Sebelum menanam ini, Karmono membudidayakan buah belimbing. Ia pun masih melakukannya hingga saat ini. Tetapi dalam jumlah kecil dibandingkan jambu merah delimanya. Alasannya, penghasilan dari belimbing lebih kecil ketimbang jambu.
Usaha budidayanya tidak hanya semata menghasilkan buah saja. Warga sekitar tempat tinggalnya pun mulai melirik budidaya buah tersebut seiring dengan keberhasilan Karmono. Ia pun mulai untuk mencangkok untuk memenuhi permintaan masyarakat sekitar. Bahkan bukan hanya dari wilayah tempat tinggalnya saja, banyak masyarakat yang datang dari Pati, Kudus, hingga Semarang untuk mendapatkan bibit atau cangkokan jambu itu. "Akhirnya saya buatkan cangkok-cangkok," ucap dia.
Bahkan, ia berujar, seolah-olah tidak ada tanah yang terlewat untuk ditanami jambu merah delima tersebut di tempat tinggalnya yakni sekitar Kelurahan Betokan. Bahkan, cangkokan jambu ini tidak hanya diminta oleh daerah sekitar Demak saja. Permintaan bisa dibilang merata di seluruh Pulau Jawa. "Dan, juga saya pernah kirim cangkok jambu itu sampai ke Kalimantan sampai 1 truk," sebut dia.
Saat ini, ia pun sedang mempersiapkan sebanyak 800 cangkok jambu tersebut bagi siapa saja yang mau membelinya. Selain itu, ia sebenarnya sempat merintis berdirinya koperasi yang juga bernama Merah Delima. Namun, koperasinya tidak berjalan lancar karena masalah kepengurusan. Koperasi yang sempat beranggotakan 17 orang petani jambu inipun ditutup. "Akhirnya modal kami kembalikan semua," ujar dia.
Permintaan buah dan cangkok jambu merah delima ini terus mengalir hingga kini. Pemasaran jambu ini pun sampai ke swalayan-swalayan di Jakarta, Surabaya, Bandung, Purwakerto. Namun, ia enggan menyebutkan berapa omzet yang ia dapat dari usaha budidaya ini dengan alasan belum menghitung secara rinci. Tetapi jika mengalikan jumlah pohon dengan rata-rata hasil panen yakni, misalkan saja, 40 pohon x 1 keranjang x 60 kilogram x Rp 10.000 per kilogram maka Karmono bisa mendapatkan Rp 24 juta. Itu perkiraan pendapatan dengan asumsi panen dari pohon kecil yang disebutnya hanya menghasilkan satu keranjang. Jika pohon besar dengan hasil 3 keranjang maka ia bisa mendapatkan tiga kali lipat dari jumlah tersebut. Pendapatan ini belum termasuk budidaya buah lainnya, bibit, dan cangkok.
Usahanya mengembangbiakkan jambu ini terus dikembangkannya, sampai-sampai ia yang baru saja menerima penghargaan dari Danamon sebagai pejuang kesejahteraan, berusaha agar pohon jambu bisa juga ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan masyarakat. Atas kegigihannya ini, Karmono juga mendapat penghargaan lainnya seperti di tingkat kabupaten.
Ia pun bercerita bahwa dirinya hampir saja terbang ke Mekkah untuk mengenalkan jambunya. Itu terjadi sekitar tahun 1995. Karmono mengaku, ia diajak oleh Dinas Pertanian Demak. Namun, ajakan ini gagal terealisasi karena adanya hambatan dana. "Waktu itu saya sudah siap-siap. Buat gambar di atas plastik. Itu yang nanti pakai OHP (Over Head Projector)," ujarnya.
Usaha budidaya jambunya ini pun berkembang ke varietas lain, yakni jambu citra dan jambu hijau. Jambu citra ini bentuknya seperti jambut mete tanpa ukiran. "Kalau dipijar itu mesti bersuara," ucap dia.
"Kami lanjutkan budidaya inovasi ini sehingga berguna untuk warga kami sendiri juga untuk warga lingkungan masyarakat," tegas dia.
Ke depan, ia pun berencana untuk menambah luas lahannya dan kemungkinan untuk mengembangkan varietas buah lainnya. Usaha yang dilakukannya Karmono ini tidak sia-sia. Buktinya, ia berhasil mengantarkan keempat anaknya mengenyam bangku kuliah. "Hanya satu yang tidak selesai (kuliah) karena diajak pakde-nya bekerja. Waktu lagi skripsi. Mungkin karena enak dapat duit jadi nggak mau nerusin lagi," ungkap dia yang sudah pensiun sejak tahun 2007. Namun demikian, anak-anaknya belum ada yang mau meneruskan usaha ayahnya ini.
Sumber;Kompas.Com
Sebenarnya, ia bukan penemu laiknya Albert Einstein. Waktu itu, ia hanya membeli empat bibit jambu air dari Desa Krapyak, Kabupaten Demak. Karmono pun mencoba untuk menanamnya pada tahun 1986. "Jambu hanya ditanam di depan rumah saja (di Desa Krapyak pada waktu itu)," ujar Karmono kepada Kompas.com, Minggu (13/11/2011).
"Alhamdullilah, selang beberapa tahun memang jambu itu adalah favorit. Hasilnya bagus, sehingga kurang lebih tahun-tahun berikut itu jadi hasil yang maksimal," tambah dia.
Jambu tersebut terkenal dengan warnanya yang merah, tebal, manis, dan berbentuk oval. Belakangan, jambu ini dikenal sebagai jambu merah delima. Apa makna dari nama jambu itu? Disebut merah karena berkaitan dengan warna jambunya. Sedangkan delima singkatan dari kandel (tebal) dan lima. Delima juga mempunyai arti lain yakni Kandel Iling Marang Allah, atau rasa ingat yang tebal kepada Allah. Maksud arti tersebut, ada harapan agar warga Demak semakin tinggi ketakwaannya kepada Tuhan.
Ia pun mengatakan, waktu tumbuh bibit jambu itu menjadi pohon dan menghasilkan buah ada sekitar 2,5 tahun. Selama satu tahun, terang dia, panen bisa dilakukan 2-3 kali. Satu pohon besar bisa menghasilkan jambu sebanyak tiga keranjang yang berukuran minimal 60 kilogram. Sementara, pohon yang kecil hanya menghasilkan satu keranjang. Harga per kilogram bisa mencapai Rp 10.000 jika musim panen sedang bagus.
Saat ini, ia mempunyai dua lahan besar. Satu lahan yang berukuran 77 x 22 meter persegi ada 32 buah pohon jambu, dan lahan lainnya yakni seluas 10 x 63 meter persegi, sudah ada 12 pohon jambu. Sebagian besar diisi oleh jambu merah delima. Waktu pertama kali menanam dengan jumlah pohon jambu sebanyak 4 buah, ia berhasil mendapatkan hasil panen sebesar Rp 670.000.
Pendapatannya ini pun digunakan sebagai biaya sekolah anak-anaknya. "(Saya) memang berupaya untuk menambah penghasilan karena penghasilan guru SD tidak seberapa seperti sekarang," ucap Karmono yang juga beristrikan seorang guru SD.
Sebenarnya, jambu ini bukan budidaya buah yang pertama kali dilakukannya. Sebelum menanam ini, Karmono membudidayakan buah belimbing. Ia pun masih melakukannya hingga saat ini. Tetapi dalam jumlah kecil dibandingkan jambu merah delimanya. Alasannya, penghasilan dari belimbing lebih kecil ketimbang jambu.
Usaha budidayanya tidak hanya semata menghasilkan buah saja. Warga sekitar tempat tinggalnya pun mulai melirik budidaya buah tersebut seiring dengan keberhasilan Karmono. Ia pun mulai untuk mencangkok untuk memenuhi permintaan masyarakat sekitar. Bahkan bukan hanya dari wilayah tempat tinggalnya saja, banyak masyarakat yang datang dari Pati, Kudus, hingga Semarang untuk mendapatkan bibit atau cangkokan jambu itu. "Akhirnya saya buatkan cangkok-cangkok," ucap dia.
Bahkan, ia berujar, seolah-olah tidak ada tanah yang terlewat untuk ditanami jambu merah delima tersebut di tempat tinggalnya yakni sekitar Kelurahan Betokan. Bahkan, cangkokan jambu ini tidak hanya diminta oleh daerah sekitar Demak saja. Permintaan bisa dibilang merata di seluruh Pulau Jawa. "Dan, juga saya pernah kirim cangkok jambu itu sampai ke Kalimantan sampai 1 truk," sebut dia.
Saat ini, ia pun sedang mempersiapkan sebanyak 800 cangkok jambu tersebut bagi siapa saja yang mau membelinya. Selain itu, ia sebenarnya sempat merintis berdirinya koperasi yang juga bernama Merah Delima. Namun, koperasinya tidak berjalan lancar karena masalah kepengurusan. Koperasi yang sempat beranggotakan 17 orang petani jambu inipun ditutup. "Akhirnya modal kami kembalikan semua," ujar dia.
Permintaan buah dan cangkok jambu merah delima ini terus mengalir hingga kini. Pemasaran jambu ini pun sampai ke swalayan-swalayan di Jakarta, Surabaya, Bandung, Purwakerto. Namun, ia enggan menyebutkan berapa omzet yang ia dapat dari usaha budidaya ini dengan alasan belum menghitung secara rinci. Tetapi jika mengalikan jumlah pohon dengan rata-rata hasil panen yakni, misalkan saja, 40 pohon x 1 keranjang x 60 kilogram x Rp 10.000 per kilogram maka Karmono bisa mendapatkan Rp 24 juta. Itu perkiraan pendapatan dengan asumsi panen dari pohon kecil yang disebutnya hanya menghasilkan satu keranjang. Jika pohon besar dengan hasil 3 keranjang maka ia bisa mendapatkan tiga kali lipat dari jumlah tersebut. Pendapatan ini belum termasuk budidaya buah lainnya, bibit, dan cangkok.
Usahanya mengembangbiakkan jambu ini terus dikembangkannya, sampai-sampai ia yang baru saja menerima penghargaan dari Danamon sebagai pejuang kesejahteraan, berusaha agar pohon jambu bisa juga ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan masyarakat. Atas kegigihannya ini, Karmono juga mendapat penghargaan lainnya seperti di tingkat kabupaten.
Ia pun bercerita bahwa dirinya hampir saja terbang ke Mekkah untuk mengenalkan jambunya. Itu terjadi sekitar tahun 1995. Karmono mengaku, ia diajak oleh Dinas Pertanian Demak. Namun, ajakan ini gagal terealisasi karena adanya hambatan dana. "Waktu itu saya sudah siap-siap. Buat gambar di atas plastik. Itu yang nanti pakai OHP (Over Head Projector)," ujarnya.
Usaha budidaya jambunya ini pun berkembang ke varietas lain, yakni jambu citra dan jambu hijau. Jambu citra ini bentuknya seperti jambut mete tanpa ukiran. "Kalau dipijar itu mesti bersuara," ucap dia.
"Kami lanjutkan budidaya inovasi ini sehingga berguna untuk warga kami sendiri juga untuk warga lingkungan masyarakat," tegas dia.
Ke depan, ia pun berencana untuk menambah luas lahannya dan kemungkinan untuk mengembangkan varietas buah lainnya. Usaha yang dilakukannya Karmono ini tidak sia-sia. Buktinya, ia berhasil mengantarkan keempat anaknya mengenyam bangku kuliah. "Hanya satu yang tidak selesai (kuliah) karena diajak pakde-nya bekerja. Waktu lagi skripsi. Mungkin karena enak dapat duit jadi nggak mau nerusin lagi," ungkap dia yang sudah pensiun sejak tahun 2007. Namun demikian, anak-anaknya belum ada yang mau meneruskan usaha ayahnya ini.
Sumber;Kompas.Com
Renyahnya Laba Bisnis Tepung Krispi
Banyaknya gerai yang menawarkan gorengan krispi
menjadi ladang bisnis menarik para produsen tepung krispi curah.
Mereka bisa mendulang omzet puluhan juta rupiah saban bulan. Produksi
pun masih terus bertambah, karena usaha gorengan krispi, khususnya ayam
goreng, masih terus berkembang, terutama di daerah dan luar Jawa.
Menjamurnya usaha gorengan berbalut tepung, seperti pisang goreng, jamur hingga ayam goreng tepung, makin meramaikan bisnis tepung bumbu garing. Munculnya usaha-usaha baru yang memakai tepung ini sebagai salah satu bahan baku, melambungkan permintaan tepung berasa gurih ini.
Salah satu produsen tepung bumbu garing tersebut adalah Asmi Ramadhan. Pemilik CV Rizki Mas Sejati di Tangerang, Banten yang memproduksi tepung krispi dengan merek Tepung99 sejak tahun 2010.
Dia memiliki pabrik pengolahan tepung di Kedoya, Jakarta Barat, Asmi yang juga pendiri Perhimpunan Pengusaha Fried Chicken Indonesia (Percik) ini menghasilkan tiga jenis tepung bumbu krispi. Yakni, tepung siap pakai, biang tepung, dan marinasi atau tepung krispi yang juga berfungsi mengasinkan makanan.
Namun, dari ketiga produk ini, biang tepung adalah produk yang paling laris. "Karena, biang tepung bisa digunakan untuk olahan apa pun. Harganya juga lebih ekonomis," ucapnya. Sekadar informasi, satu kilogram (kg) biang tepung bisa dicampurkan ke dalam 10 kg tepung.
Untuk membuat tepung ini, Asmi memakai beragam bumbu dapur dan rempah-rempah. Seperti tepung marinasi yang berbahan dasar garam, lada serta cabai bubuk.
Sedangkan untuk membuat biang tepung, ia selalu menyertakan rempah bubuk alami seperti lada, gula, garam, baking soda dan rempah lainnya. "Kami sama sekali tak pakai pengawet dan semua bahan baku adalah rempah alami," tandasnya.
Menurut pemuda 25 tahun ini, yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tepung bumbu ini adalah takaran yang tepat. "Sebenarnya tak ada bumbu rahasia, yang ada hanyalah tangan-tangan yang andal saat meraciknya," jelasnya.
Harga jual tepung ini cukup terjangkau. Tepung bumbu krispi siap pakai Rp 13.000 per kg. Sedangkan untuk biang tepung dan tepung marinasi harganya sekitar Rp 35.000 per kg.
Saban bulan, Asmi sanggup memproduksi hingga 2 ton tepung bumbu krispi tersebut. Ia pun bisa merengkuh omzet Rp 70 juta dengan margin keuntungan sekitar 25 persen. "Peluang bisnis ayam goreng renyah masih terbuka lebar, terutama di daerah-daerah. Prospek bisnis tepung pun ini masih cerah ke depan," tandasnya.
Senada dengan Asmi, Setiawan, produsen tepung bumbu krispi McCrispy asal Gresik, Jawa Timur menyatakan, tren permintaan tepung bumbu krispi terus meningkat dalam setahun terakhir. Ia yang semula hanya memproduksi tepung untuk keperluan internal usaha, tergerak untuk membuka produksi tepung sejak enam bulan silam.
Lebih dari lima tahun, Setiawan menggeluti usaha ayam goreng tepung. Suatu saat, ia pun mendapat pesanan untuk membuat tepung. "Awalnya permintaan datang dari wilayah Gresik tapi perlahan mulai meluas hingga Surabaya dan sekitarnya," tuturnya.
Dengan harga jual Rp 14.000 per kg, Wawan bisa menjual hingga 1,5 ton tepung bumbu per bulan. Ia pun bisa mendulang omzet hingga Rp 22 juta tiap bulan.
Menurutnya prospek usaha ini cukup besar, tak heran jika persaingan di usaha ini tambah ramai dari hari ke hari. Setiawan memanfaatkan jaringan internet untuk memasarkan tepungnya.
Tak hanya pengusaha ayam goreng, McCrispy juga membidik konsumen rumah tangga. Sayang, Setiawan masih sulit menembus pasar ini karena konsumen ini sudah loyal pada merek tepung bumbu tertentu. "Padahal secara kualitas dan rasa produk kami tak kalah dengan merek papan atas tersebut," jelasnya.
Ia pun menjamin, bumbu tepungnya aman karena tanpa bahan pengawet. "Tepung kami mampu menjaga kadar kerenyahan makanan hingga waktu yang cukup lama," jelasnya. (Fahriyadi/Kontan)
Menjamurnya usaha gorengan berbalut tepung, seperti pisang goreng, jamur hingga ayam goreng tepung, makin meramaikan bisnis tepung bumbu garing. Munculnya usaha-usaha baru yang memakai tepung ini sebagai salah satu bahan baku, melambungkan permintaan tepung berasa gurih ini.
Salah satu produsen tepung bumbu garing tersebut adalah Asmi Ramadhan. Pemilik CV Rizki Mas Sejati di Tangerang, Banten yang memproduksi tepung krispi dengan merek Tepung99 sejak tahun 2010.
Dia memiliki pabrik pengolahan tepung di Kedoya, Jakarta Barat, Asmi yang juga pendiri Perhimpunan Pengusaha Fried Chicken Indonesia (Percik) ini menghasilkan tiga jenis tepung bumbu krispi. Yakni, tepung siap pakai, biang tepung, dan marinasi atau tepung krispi yang juga berfungsi mengasinkan makanan.
Namun, dari ketiga produk ini, biang tepung adalah produk yang paling laris. "Karena, biang tepung bisa digunakan untuk olahan apa pun. Harganya juga lebih ekonomis," ucapnya. Sekadar informasi, satu kilogram (kg) biang tepung bisa dicampurkan ke dalam 10 kg tepung.
Untuk membuat tepung ini, Asmi memakai beragam bumbu dapur dan rempah-rempah. Seperti tepung marinasi yang berbahan dasar garam, lada serta cabai bubuk.
Sedangkan untuk membuat biang tepung, ia selalu menyertakan rempah bubuk alami seperti lada, gula, garam, baking soda dan rempah lainnya. "Kami sama sekali tak pakai pengawet dan semua bahan baku adalah rempah alami," tandasnya.
Menurut pemuda 25 tahun ini, yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tepung bumbu ini adalah takaran yang tepat. "Sebenarnya tak ada bumbu rahasia, yang ada hanyalah tangan-tangan yang andal saat meraciknya," jelasnya.
Harga jual tepung ini cukup terjangkau. Tepung bumbu krispi siap pakai Rp 13.000 per kg. Sedangkan untuk biang tepung dan tepung marinasi harganya sekitar Rp 35.000 per kg.
Saban bulan, Asmi sanggup memproduksi hingga 2 ton tepung bumbu krispi tersebut. Ia pun bisa merengkuh omzet Rp 70 juta dengan margin keuntungan sekitar 25 persen. "Peluang bisnis ayam goreng renyah masih terbuka lebar, terutama di daerah-daerah. Prospek bisnis tepung pun ini masih cerah ke depan," tandasnya.
Senada dengan Asmi, Setiawan, produsen tepung bumbu krispi McCrispy asal Gresik, Jawa Timur menyatakan, tren permintaan tepung bumbu krispi terus meningkat dalam setahun terakhir. Ia yang semula hanya memproduksi tepung untuk keperluan internal usaha, tergerak untuk membuka produksi tepung sejak enam bulan silam.
Lebih dari lima tahun, Setiawan menggeluti usaha ayam goreng tepung. Suatu saat, ia pun mendapat pesanan untuk membuat tepung. "Awalnya permintaan datang dari wilayah Gresik tapi perlahan mulai meluas hingga Surabaya dan sekitarnya," tuturnya.
Dengan harga jual Rp 14.000 per kg, Wawan bisa menjual hingga 1,5 ton tepung bumbu per bulan. Ia pun bisa mendulang omzet hingga Rp 22 juta tiap bulan.
Menurutnya prospek usaha ini cukup besar, tak heran jika persaingan di usaha ini tambah ramai dari hari ke hari. Setiawan memanfaatkan jaringan internet untuk memasarkan tepungnya.
Tak hanya pengusaha ayam goreng, McCrispy juga membidik konsumen rumah tangga. Sayang, Setiawan masih sulit menembus pasar ini karena konsumen ini sudah loyal pada merek tepung bumbu tertentu. "Padahal secara kualitas dan rasa produk kami tak kalah dengan merek papan atas tersebut," jelasnya.
Ia pun menjamin, bumbu tepungnya aman karena tanpa bahan pengawet. "Tepung kami mampu menjaga kadar kerenyahan makanan hingga waktu yang cukup lama," jelasnya. (Fahriyadi/Kontan)
Thursday, November 17, 2011
Dijual Take Over Cerry QQ Tahun 2007 Warna Merah Posisi Mobil Samarinda
Labels:
MOBIL DIJUAL,
Take over mobil
Dijual Kuda Supr Exced 2002 Posisi Mobil Samarinda
Dijual Take Over Kijang Innova Type G Warna Hitam Tahun 2006 Posisi Mobil Samarinda
Labels:
MOBIL DIJUAL,
Take over mobil,
TOYOTA
Subscribe to:
Posts (Atom)