Saat ini diperkirakan ada sekitar 110.000 TKI di Singapura. Mereka akan segera mendapatkan pendidikan kewirausahaan secara gratis untuk mendorong pekerja migran tersebut memiliki masa depan yang lebih baik, terutama setelah kembali ke Tanah Air.Peluang pendidikan kewirausahaan yang sudah berjalan sekitar satu tahun itu merupakan kerja sama Universitas Ciputra Entrepreneurship Center dan Media Transformation Ministry. Penandatanganan kerja sama dilakukan Cakra Ciputra dan Antonius Tanan dari Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC), dan Djohan Handojo, pimpinan Media Transformation Ministry (MTM) Ltd, lembaga nirlaba yang didirikan pengusaha dan kaum profesional Indonesia di Singapura di Jakarta, Jumat (4/2/2011)
Namun, dari jumlah 110.000 TKI itu, MTM baru menjangkau sekitar 250 TKI yang bersemangat mengikuti pendidikan penyetaraan dan program Diploma I (D-I) dari Lee Community College di Singapura. Lina Marlina (30), TKI asal Ciamis yang sudah 10 tahun menjadi pembantu rumah tangga di Singapura, mengatakan dirinya kini bisa mengantongi ijazah SMA beberapa minggu lalu.
Lina juga dapat kesempatan ikut pelatihan kewirausahaan sehari yang mendorong dirinya berani mengejar mimpi untuk keluar dari kemiskinan. Para TKI di Singapura jadi termotivasi.
"Saya jadi ingin buka usaha sendiri, dan untuk adik saya jika kembali ke Indonesia nanti," ujar Lina.
Lina termasuk beruntung. Dia mendapat jatah satu hari libur dari majikannya. Kesempatan itu dipakainya untuk bergabung dengan program MTM Ltd yang dilaksanakan secara gratis bagi pekerja migran Indonesia.
Pengusaha Ciputra mengatakan, para TKI di luar negeri harus diberi pendidikan kewirausahaan untuk membuat mereka mandiri di Tanah Air.
"Saya yakin, suatu saat nanti ada konglomerat yang berasal dari TKI, terutama pekerja wanitanya. Kewirausahaan akan membantu para TKI ini sejahtera dan keluar dari kemiskinan. Karena itu, mereka harus dibantu lewat pendidikan dan pelatihan kewirausahaan," kata Ciputra.
Diberitakan sebelumnya, sejak lahir lima tahun lalu, MTM Ltd di Singapura membuat program pengembangan pendidikan para TKI di Singapura. Para pekerja migran asal Indonesia itu diajak untuk ikut pendidikan penyetaraan Paket A, B, dan C, serta Diploma Satu (D-I).
Program tersebut terlaksana berkat dukungan pengusaha dan kaum profesional Indonesia yang ada di Singapura, yang ingin berkontribusi memajukan pekerja migran Indonesia yang tertinggal dibanding dengan pekerja migran asal Filipina. Para TKI itu belajar satu kali saja di hari minggu.
"Tetapi mereka semangat. Kami yakin, lewat pendidikan akan mengubah mereka," ujar Djohan Handojo, pimpinan MTM Ltd.
Namun, dari jumlah 110.000 TKI itu, MTM baru menjangkau sekitar 250 TKI yang bersemangat mengikuti pendidikan penyetaraan dan program Diploma I (D-I) dari Lee Community College di Singapura. Lina Marlina (30), TKI asal Ciamis yang sudah 10 tahun menjadi pembantu rumah tangga di Singapura, mengatakan dirinya kini bisa mengantongi ijazah SMA beberapa minggu lalu.
Lina juga dapat kesempatan ikut pelatihan kewirausahaan sehari yang mendorong dirinya berani mengejar mimpi untuk keluar dari kemiskinan. Para TKI di Singapura jadi termotivasi.
"Saya jadi ingin buka usaha sendiri, dan untuk adik saya jika kembali ke Indonesia nanti," ujar Lina.
Lina termasuk beruntung. Dia mendapat jatah satu hari libur dari majikannya. Kesempatan itu dipakainya untuk bergabung dengan program MTM Ltd yang dilaksanakan secara gratis bagi pekerja migran Indonesia.
Pengusaha Ciputra mengatakan, para TKI di luar negeri harus diberi pendidikan kewirausahaan untuk membuat mereka mandiri di Tanah Air.
"Saya yakin, suatu saat nanti ada konglomerat yang berasal dari TKI, terutama pekerja wanitanya. Kewirausahaan akan membantu para TKI ini sejahtera dan keluar dari kemiskinan. Karena itu, mereka harus dibantu lewat pendidikan dan pelatihan kewirausahaan," kata Ciputra.
Diberitakan sebelumnya, sejak lahir lima tahun lalu, MTM Ltd di Singapura membuat program pengembangan pendidikan para TKI di Singapura. Para pekerja migran asal Indonesia itu diajak untuk ikut pendidikan penyetaraan Paket A, B, dan C, serta Diploma Satu (D-I).
Program tersebut terlaksana berkat dukungan pengusaha dan kaum profesional Indonesia yang ada di Singapura, yang ingin berkontribusi memajukan pekerja migran Indonesia yang tertinggal dibanding dengan pekerja migran asal Filipina. Para TKI itu belajar satu kali saja di hari minggu.
"Tetapi mereka semangat. Kami yakin, lewat pendidikan akan mengubah mereka," ujar Djohan Handojo, pimpinan MTM Ltd.