SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR TLP;(0541)2772019 HP/WA;0852.4690.2754 PINBB;D9844F83
Thursday, March 31, 2011
Dijual Mobil Nissan X-trail 2.0 Mt Tahun 2007 Warna Abu Abu Metalik Samarinda
Wednesday, March 30, 2011
Bankir Kecam Aturan Remunerasi BI
Mendengar Bank Indonesia (BI) akan menata ulang sistem remunerasi petinggi bank, para bankir pun ramai-ramai menyimpulkan rencana bank sentral tersebut merupakan bentuk intervensi berlebihan atas industri perbankan.
Alasan mereka nyaris sama: penetapan gaji, bonus, ataupun fasilitas lain menjadi urusan pengurus bank dan pemilik atau pemegang saham.
Daniel Budirahaju, Direktur Kredit Bank Mega, berpendapat, bank sentral tak perlu mengatur remunerasi bankir karena soal ini masuk wilayah internal perusahaan. Apalagi, beberapa bank merupakan perusahaan terbuka dan besaran bonus sudah ditentukan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). ”Mekanisme jelas, kenapa BI harus intervensi?” kata Daniel kepada Kontan, Selasa (29/3/2011).
Daniel menuturkan, di bank tempatnya berkarier, besaran remunerasi berdasarkan kinerja perusahaan. Rumusnya sederhana: semakin membaik kinerja, semakin banyak bonus direksi. Cara mengukur kinerja adalah membandingkan target dengan pencapaian. Jika mampu merealisasikan target itu, bonus mengalir dengan sewajarnya.
Hal yang sama juga terjadi di OCBC NISP. Parwati Surjaudjaja, Presiden Direktur di bank hasil merger dengan OCBC Indonesia itu mengatakan, pemberian gaji dan bonus benar-benar berdasarkan kinerja. Metodenya sama dengan praktik di bank lain yang nilai asetnya tak jauh berbeda. ”Sistem remunerasi kami tidak banyak perubahan setelah dan sebelum dimiliki OCBC, in line dengan industri,” kata Parwati kepada Kontan, Selasa (29/3/2011).
Parwati sebenarnya bisa memahami keinginan BI mengatur remunerasi dengan memperhitungkan risiko kerugian di masa mendatang. Praktik serupa juga berlaku di Amerika Serikat dan Inggris sebagai pembelajaran dari krisis keuangan tahun 2008.
Namun, menurut dia, yang perlu digarisbawahi, besaran gaji dan bonus direktur bank di kedua negara tersebut sebelum krisis sudah terlampau tinggi. Jauh berbeda dengan perbankan di Indonesia. ”Jadi, ketika mereka menurunkan batasan bonus, terlihat wajar. Sementara bonus perbankan kita sudah rendah sejak awal,” kata Parwati.
SDM terbatas
Sebelum krisis, rentang antara gaji dan bonus direksi bank di AS dan Inggris bisa mencapai 80 persen dari total gaji setahun. Regulator kemudian menurunkan batas tersebut menjadi 50 persen. Artinya, bonus bankir tidak boleh melebihi persentase itu.
Sementara di Indonesia, rentang antara gaji dan bonus rata-rata sebesar 30 persen. ”Secara ide mungkin baik. Tapi belum tentu efektif karena bonus bankir kita masih rendah,” ujar Parwati lagi.
Sementara Gatot M. Suwondo, Direktur Utama Bank BNI, menyerahkan urusan remunerasi kepada pemerintah selaku pemegang saham. ”Tanya sama pemilik banknya saja,” ujarnya.
Parikesit Suprapto, Deputi Menteri BUMN Bidang Perbankan dan Jasa Keuangan, mengatakan, gaji bankir bank BUMN telah diatur dalam Peraturan Menteri BUMN yang menyatakan bahwa remunerasi diberikan berdasarkan kinerja dengan mengacu bank swasta. ”Kami menilai kinerja bukan cuma dari laba, juga dari jumlah aktiva,” ujarnya.
Seorang bankir bank asing mempunyai argumentasi menarik tentang penyebab tingginya gaji dan bonus bankir di negeri ini. Menurut mantan petinggi salah satu bank swasta nasional itu, kondisi tersebut lantaran jumlah sumber daya manusia (SDM) untuk mengisi posisi puncak (top management) sangat terbatas. Kecenderungan ini juga berlaku di jabatan level menengah atau sekelas manajer.
Lantaran permintaan lebih besar, bankir mempunyai posisi kuat dalam menentukan remunerasi, termasuk gaji, bonus, dan fasilitas lain. Hal inilah yang membuat remunerasi di industri ini terus menanjak.(Nurul Kolbi, Wahyu Satriani/Kontan)
Alasan mereka nyaris sama: penetapan gaji, bonus, ataupun fasilitas lain menjadi urusan pengurus bank dan pemilik atau pemegang saham.
Daniel Budirahaju, Direktur Kredit Bank Mega, berpendapat, bank sentral tak perlu mengatur remunerasi bankir karena soal ini masuk wilayah internal perusahaan. Apalagi, beberapa bank merupakan perusahaan terbuka dan besaran bonus sudah ditentukan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). ”Mekanisme jelas, kenapa BI harus intervensi?” kata Daniel kepada Kontan, Selasa (29/3/2011).
Daniel menuturkan, di bank tempatnya berkarier, besaran remunerasi berdasarkan kinerja perusahaan. Rumusnya sederhana: semakin membaik kinerja, semakin banyak bonus direksi. Cara mengukur kinerja adalah membandingkan target dengan pencapaian. Jika mampu merealisasikan target itu, bonus mengalir dengan sewajarnya.
Hal yang sama juga terjadi di OCBC NISP. Parwati Surjaudjaja, Presiden Direktur di bank hasil merger dengan OCBC Indonesia itu mengatakan, pemberian gaji dan bonus benar-benar berdasarkan kinerja. Metodenya sama dengan praktik di bank lain yang nilai asetnya tak jauh berbeda. ”Sistem remunerasi kami tidak banyak perubahan setelah dan sebelum dimiliki OCBC, in line dengan industri,” kata Parwati kepada Kontan, Selasa (29/3/2011).
Parwati sebenarnya bisa memahami keinginan BI mengatur remunerasi dengan memperhitungkan risiko kerugian di masa mendatang. Praktik serupa juga berlaku di Amerika Serikat dan Inggris sebagai pembelajaran dari krisis keuangan tahun 2008.
Namun, menurut dia, yang perlu digarisbawahi, besaran gaji dan bonus direktur bank di kedua negara tersebut sebelum krisis sudah terlampau tinggi. Jauh berbeda dengan perbankan di Indonesia. ”Jadi, ketika mereka menurunkan batasan bonus, terlihat wajar. Sementara bonus perbankan kita sudah rendah sejak awal,” kata Parwati.
SDM terbatas
Sebelum krisis, rentang antara gaji dan bonus direksi bank di AS dan Inggris bisa mencapai 80 persen dari total gaji setahun. Regulator kemudian menurunkan batas tersebut menjadi 50 persen. Artinya, bonus bankir tidak boleh melebihi persentase itu.
Sementara di Indonesia, rentang antara gaji dan bonus rata-rata sebesar 30 persen. ”Secara ide mungkin baik. Tapi belum tentu efektif karena bonus bankir kita masih rendah,” ujar Parwati lagi.
Sementara Gatot M. Suwondo, Direktur Utama Bank BNI, menyerahkan urusan remunerasi kepada pemerintah selaku pemegang saham. ”Tanya sama pemilik banknya saja,” ujarnya.
Parikesit Suprapto, Deputi Menteri BUMN Bidang Perbankan dan Jasa Keuangan, mengatakan, gaji bankir bank BUMN telah diatur dalam Peraturan Menteri BUMN yang menyatakan bahwa remunerasi diberikan berdasarkan kinerja dengan mengacu bank swasta. ”Kami menilai kinerja bukan cuma dari laba, juga dari jumlah aktiva,” ujarnya.
Seorang bankir bank asing mempunyai argumentasi menarik tentang penyebab tingginya gaji dan bonus bankir di negeri ini. Menurut mantan petinggi salah satu bank swasta nasional itu, kondisi tersebut lantaran jumlah sumber daya manusia (SDM) untuk mengisi posisi puncak (top management) sangat terbatas. Kecenderungan ini juga berlaku di jabatan level menengah atau sekelas manajer.
Lantaran permintaan lebih besar, bankir mempunyai posisi kuat dalam menentukan remunerasi, termasuk gaji, bonus, dan fasilitas lain. Hal inilah yang membuat remunerasi di industri ini terus menanjak.(Nurul Kolbi, Wahyu Satriani/Kontan)
Tuesday, March 29, 2011
Dijual Mobil Honda City Tahun 2004 KT Satu Anka Warna Silver samarinda
Monday, March 28, 2011
Dijual Mobil Xenia Li Family Tahun 2008 Warna Aqua Blue samarinda
Dijual Mobil Xenia Li Family Tahun 2008 Warna Hitam
Dijual Mobil Xenia Li Family Tahun 2008 Warna Silver Samarinda
Rully, Bisnis Perlu Kerja Keras
Berbisnis itu perlu kerja keras, kalau perlu mulai dari bawah. Itulah prinsip yang selalu dipegang oleh Rully Susanto. Itu pula yang membuat usaha kulinernya menjadi maju seperti sekarang.
Telaga Seafood Restaurant yang dikelola Rully dan keluarganya dikenal sebagai salah satu tempat makan paling ramai di Serpong, Tangerang Selatan. Selain menyajikan hidangan lezat, suasana di restoran ini pun begitu luas dan nyaman.
Berbisnis kuliner seperti ini pada awalnya bukan profesi pilihan Rully. Lulusan Jurusan Desain Grafis Institut Kesenian Jakarta itu lebih suka menggeluti bidang seni ketimbang meneruskan usaha restoran yang sudah digeluti oleh orangtuanya sejak 1989.
"Entah kenapa saya tidak terlalu suka dengan bisnis sukses hasil pemberian dari orang di atas kita. Saya lebih condong menyukai seni, kerja keras dalam merintis bisnis, dan dimulai dari bawah," jelas Rully saat ditemui Kompas.com di Telaga Seafood Restaurant, Jalan Raya Serpong Kavling Komersial No. 6, Serpong, Kota Tangerang Selatan.
"Ya, ada saja mungkin, orang sukses yang sudah anak orang kaya dari sananya. Memang enggak salah, tapi kalau saya pribadi lebih suka dengan yang dimulai dari grassroot," tambahnya.
Karena tak mau nebeng usaha orangtuanya, Rully kemudian memutuskan untuk bekerja sebagai desainer grafis di penerbitan buku Kepustakaan Populer Gramedia. Belasan tahun ia menekuni bidang ini sampai pada suatu titik, ia akhirnya berkeputusan untuk terjun dalam bisnis penggoyang lidah. "Kami lima bersaudara di rumah akhirnya turun tangan semua membantu usaha bokap (bapak). Semuanya berlima ikut kerja dan turun tangan," tambah Rully yang sempat mengenyam pendidikan sekolah dasar di Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Hasilnya kurang lebih bisa terlihat hingga sekarang. Total sudah ada tiga restoran Telaga Seafood yang berdiri. Restoran pertama berdiri pada 2004 di Kota Modern, Tangerang, Banten. Dua tahun kemudian, ada lagi di Cibubur, Jawa Barat. "Tahun 2008 di BSD City," tandas Rully yang masih suka menuangkan idenya dalam bidang desain grafis.
Selama berkecimpung dalam bisnis kuliner, Rully sangat menjaga kualitas layanan dan makanan yang disajikan. Tidak mudah baginya untuk menyerahkan tanggung jawab itu kepada orang lain untuk berpikir dan menelurkan ide sebagaimana dikehendakinya. Alhasil, Rully dan keluarganya pun masih sering turun tangan hingga menghadapi tuntutan konsumen secara langsung.
Pernah Rully mendelegasikan pengelolaan Telaga Seafood ini kepada beberapa manajer. Apa mau dikata, hasilnya ternyata kurang memuaskan. Ia kemudian mengambil kembali pengawasan sentral restoran ini. "Saya benar-benar koordinasi dengan abang dan adik saya dalam pengeloaan rumah makan. Mulai dari konsep arsitektur, penyajian, dan pelayanan," katanya.
Konsep arsitektural di Telaga Seafood Restaurant BSD City ini ia membuat dengan konsep gabungan antara tradisional dan modern. Rully pun mengaku sangat intensif berdiskusi dengan saudara-saudara kandungnya soal konsep dan kualitas rumah makannya.
Dalam pengelolaan dan manajemen, ketiga restoran Telaga Seafood dikelola dengan sistem rekanan dan bukan waralaba. Dengan sistem seperti ini, Rully dan keluarganya tetap dapat menjaga standar kualitas dan pelayanan.
Telaga Seafood Kota Modern, misalnya, merupakan hasil rekanan antara Telaga Seafood Restaurant dengan pengembang Kota Modern Tangerang. Konsep yang sama berlaku bagi Telaga Seafood Cibubur. Restoran Telaga Seafood di Cibubur terbentuk atas kerja sama Telaga Seafood dengan investor di Cibubur. Khusus restoran di BSD City ini, ia dan keluarganya mengelola sendiri segala urusan mulai dari dapur hingga manajemen restoran.
Telaga Seafood Restaurant yang dikelola Rully dan keluarganya dikenal sebagai salah satu tempat makan paling ramai di Serpong, Tangerang Selatan. Selain menyajikan hidangan lezat, suasana di restoran ini pun begitu luas dan nyaman.
Berbisnis kuliner seperti ini pada awalnya bukan profesi pilihan Rully. Lulusan Jurusan Desain Grafis Institut Kesenian Jakarta itu lebih suka menggeluti bidang seni ketimbang meneruskan usaha restoran yang sudah digeluti oleh orangtuanya sejak 1989.
"Entah kenapa saya tidak terlalu suka dengan bisnis sukses hasil pemberian dari orang di atas kita. Saya lebih condong menyukai seni, kerja keras dalam merintis bisnis, dan dimulai dari bawah," jelas Rully saat ditemui Kompas.com di Telaga Seafood Restaurant, Jalan Raya Serpong Kavling Komersial No. 6, Serpong, Kota Tangerang Selatan.
"Ya, ada saja mungkin, orang sukses yang sudah anak orang kaya dari sananya. Memang enggak salah, tapi kalau saya pribadi lebih suka dengan yang dimulai dari grassroot," tambahnya.
Karena tak mau nebeng usaha orangtuanya, Rully kemudian memutuskan untuk bekerja sebagai desainer grafis di penerbitan buku Kepustakaan Populer Gramedia. Belasan tahun ia menekuni bidang ini sampai pada suatu titik, ia akhirnya berkeputusan untuk terjun dalam bisnis penggoyang lidah. "Kami lima bersaudara di rumah akhirnya turun tangan semua membantu usaha bokap (bapak). Semuanya berlima ikut kerja dan turun tangan," tambah Rully yang sempat mengenyam pendidikan sekolah dasar di Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Hasilnya kurang lebih bisa terlihat hingga sekarang. Total sudah ada tiga restoran Telaga Seafood yang berdiri. Restoran pertama berdiri pada 2004 di Kota Modern, Tangerang, Banten. Dua tahun kemudian, ada lagi di Cibubur, Jawa Barat. "Tahun 2008 di BSD City," tandas Rully yang masih suka menuangkan idenya dalam bidang desain grafis.
Selama berkecimpung dalam bisnis kuliner, Rully sangat menjaga kualitas layanan dan makanan yang disajikan. Tidak mudah baginya untuk menyerahkan tanggung jawab itu kepada orang lain untuk berpikir dan menelurkan ide sebagaimana dikehendakinya. Alhasil, Rully dan keluarganya pun masih sering turun tangan hingga menghadapi tuntutan konsumen secara langsung.
Pernah Rully mendelegasikan pengelolaan Telaga Seafood ini kepada beberapa manajer. Apa mau dikata, hasilnya ternyata kurang memuaskan. Ia kemudian mengambil kembali pengawasan sentral restoran ini. "Saya benar-benar koordinasi dengan abang dan adik saya dalam pengeloaan rumah makan. Mulai dari konsep arsitektur, penyajian, dan pelayanan," katanya.
Konsep arsitektural di Telaga Seafood Restaurant BSD City ini ia membuat dengan konsep gabungan antara tradisional dan modern. Rully pun mengaku sangat intensif berdiskusi dengan saudara-saudara kandungnya soal konsep dan kualitas rumah makannya.
Dalam pengelolaan dan manajemen, ketiga restoran Telaga Seafood dikelola dengan sistem rekanan dan bukan waralaba. Dengan sistem seperti ini, Rully dan keluarganya tetap dapat menjaga standar kualitas dan pelayanan.
Telaga Seafood Kota Modern, misalnya, merupakan hasil rekanan antara Telaga Seafood Restaurant dengan pengembang Kota Modern Tangerang. Konsep yang sama berlaku bagi Telaga Seafood Cibubur. Restoran Telaga Seafood di Cibubur terbentuk atas kerja sama Telaga Seafood dengan investor di Cibubur. Khusus restoran di BSD City ini, ia dan keluarganya mengelola sendiri segala urusan mulai dari dapur hingga manajemen restoran.
Sunday, March 27, 2011
80.000 Buruh Perkebunan Hidup Miskin
Ekspansi kelapa sawit telah memarjinalkan buruh dan masyarakat sekitar perkebunan. Setidaknya 80.000 buruh perkebunan kelapa sawit hidup dalam kemiskinan dan ketidakjelasan status.
Demikian antara lain yang mengemuka dalam Konferensi Alternatif Peringatan 100 Tahun Sawit di Indonesia yang digelar di Medan, Sumatera Utara, Minggu (27/3/2011). Acara yang rencananya berakhir pada 29 Maret ini dihadiri sedikitnya perwakilan dari 32 organisasi nonpemerintahan seluruh Indonesia dan beberapa aktivis kemanusiaan.
Sawit Watch tahun 2008 melansir bahwa luas lahan sawit di Indonesia mencapai 7,8 juta hektar dengan pertumbuhan 15 persen per tahun. Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Sumut mencapai 1,2 juta hektar.
Koordinator Bidang Penelitian dan Pengembangan Kelompok Pelita Sejahtera Manginar Situmorang dalam kesempatan tersebut menjelaskan, sebanyak 80.000 buruh harian lepas di Sumatera Utara hanya bergaji sekitar Rp 29.000 sampai Rp 31.500 per hari atau sekitar Rp 870.000 sampai Rp 945.000 per bulan. Waktu kerja mereka selama 7 jam per hari. Status mereka terus digantung sebagai buruh harian lepas tanpa tahu kapan menjadi pekerja tetap.
Di bawah standar
Padahal, Badan Koordinasi Perusahaan Perkebunan Swasta (BKPPS) saja menetapkan upah minimal Rp 1,005 juta per bulan. BKPPS merupakan oraganisasi perusahaan-perusahaan kecil menengah, penanam modal asing, dan penanam modal dalam negeri.
"Tetapi ini hanya untuk buruh resmi perkebunan swasta. Besaran upah untuk pekerja borongan atau buruh harian lepas ditentukan atas dasar kesepakatan antara buruh dan pengusaha yang jumlahnya jelas lebih kecil dari standar BKPPS tersebut," ujarnya.
Selain berupah rendah, 80.000 buruh tersebut tidak mendapat jaminan kerja . Mereka juga dikenakan standar ganda, yakni kerja harian tetapi juga dipasang target tertentu per hari. Akibatnya, banyak buruh yang melibatkan anak istri untuk memenuhi target tersebut.
Beratnya beban buruh juga tergambar dari luasnya lahan yang harus mereka tangani. Untuk 100 hektar lahan perkebunan, hanya ada 22 pekerja.
Para buruh dibebani tugas memotong pelepah, merapikan pelepah yang dipotong, memotong tangkai kelapa sawit, memunguti buah sawit yang jatuh, mengangkut buah kelapa sawit ke tempat pengumpulan hasil (TPH), serta menyusun dan memberi kode buah kelapa sawit tersebut. Semua itu mereka kerjakan di bawah pengawasan ketat mandor perkebunan. Praktik ini telah berjalan puluhan tahun, sejak 1970-an.
Rawan kecelakaan
Menurut Manginar, para pekerja tersebut tidak dilengkapi dengan alat pengaman sehingga rawan kecelakaan. Dalam penelitian KPS selama empat bulan (Januarai-April 2008) yang digelar di 6 perkebunan kepala sawit, terdapat 47 kecelakaan kerja dengan korban buruh perkebunan. Sebanyak 11 kasus menyebabkan cacat mata lantaran terkena getah, terkontaminasi zat kimia dari pupuk atau pestisida, atau tertimpa tandan buah segar kelapa sawit. Dua orang di antaranya tewas karena tertimpa buah kelapa sawit dan tersengat aliran listrik. Sisa korban lainnya mengalami luka ringan, seperti tertusuk duri atau digigit serangga. Ini merupakan fenomena gunung es.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Komisi Nasional HAM Ifdhal Kasim mengatakan, sistem yang diterapkan para pengelola perkebunan tersebut bisa diindikasikan sebagai pelanggaran HAM. "Indikasi pelanggaran HAM itu bisa dilaporkan dan korban bisa menangih janji perusahaan tentang pelanggaran tersebut. Mereka juga harus akuntabel dan memberikan pemulihan apabila terjadi korban dalam kegiatan mereka," ujarnya.
Peneliti ekonomi politik George Junus Aditjondro yang hadir dalam acara tersebut menambahkan, ekspansai perkebunan kelapa sawit kerap menimbulkan masalah. Selain dugaan pelanggaran HAM, juga konflik lahan. Sejak tahun 2004 sampai sekarang terjadi penyerobotan lahan milik warga seluas 6.000 hektar. Seluas 3.500 hektar lahan tersebut digunakan sebagai perkebunan kelapa sawit. Penyerobotan dan perluasan perkebunan kelapa sawit itu kerap dilakukan oleh pihak-pihak yang didukung penguasa.
Demikian antara lain yang mengemuka dalam Konferensi Alternatif Peringatan 100 Tahun Sawit di Indonesia yang digelar di Medan, Sumatera Utara, Minggu (27/3/2011). Acara yang rencananya berakhir pada 29 Maret ini dihadiri sedikitnya perwakilan dari 32 organisasi nonpemerintahan seluruh Indonesia dan beberapa aktivis kemanusiaan.
Sawit Watch tahun 2008 melansir bahwa luas lahan sawit di Indonesia mencapai 7,8 juta hektar dengan pertumbuhan 15 persen per tahun. Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Sumut mencapai 1,2 juta hektar.
Koordinator Bidang Penelitian dan Pengembangan Kelompok Pelita Sejahtera Manginar Situmorang dalam kesempatan tersebut menjelaskan, sebanyak 80.000 buruh harian lepas di Sumatera Utara hanya bergaji sekitar Rp 29.000 sampai Rp 31.500 per hari atau sekitar Rp 870.000 sampai Rp 945.000 per bulan. Waktu kerja mereka selama 7 jam per hari. Status mereka terus digantung sebagai buruh harian lepas tanpa tahu kapan menjadi pekerja tetap.
Di bawah standar
Padahal, Badan Koordinasi Perusahaan Perkebunan Swasta (BKPPS) saja menetapkan upah minimal Rp 1,005 juta per bulan. BKPPS merupakan oraganisasi perusahaan-perusahaan kecil menengah, penanam modal asing, dan penanam modal dalam negeri.
"Tetapi ini hanya untuk buruh resmi perkebunan swasta. Besaran upah untuk pekerja borongan atau buruh harian lepas ditentukan atas dasar kesepakatan antara buruh dan pengusaha yang jumlahnya jelas lebih kecil dari standar BKPPS tersebut," ujarnya.
Selain berupah rendah, 80.000 buruh tersebut tidak mendapat jaminan kerja . Mereka juga dikenakan standar ganda, yakni kerja harian tetapi juga dipasang target tertentu per hari. Akibatnya, banyak buruh yang melibatkan anak istri untuk memenuhi target tersebut.
Beratnya beban buruh juga tergambar dari luasnya lahan yang harus mereka tangani. Untuk 100 hektar lahan perkebunan, hanya ada 22 pekerja.
Para buruh dibebani tugas memotong pelepah, merapikan pelepah yang dipotong, memotong tangkai kelapa sawit, memunguti buah sawit yang jatuh, mengangkut buah kelapa sawit ke tempat pengumpulan hasil (TPH), serta menyusun dan memberi kode buah kelapa sawit tersebut. Semua itu mereka kerjakan di bawah pengawasan ketat mandor perkebunan. Praktik ini telah berjalan puluhan tahun, sejak 1970-an.
Rawan kecelakaan
Menurut Manginar, para pekerja tersebut tidak dilengkapi dengan alat pengaman sehingga rawan kecelakaan. Dalam penelitian KPS selama empat bulan (Januarai-April 2008) yang digelar di 6 perkebunan kepala sawit, terdapat 47 kecelakaan kerja dengan korban buruh perkebunan. Sebanyak 11 kasus menyebabkan cacat mata lantaran terkena getah, terkontaminasi zat kimia dari pupuk atau pestisida, atau tertimpa tandan buah segar kelapa sawit. Dua orang di antaranya tewas karena tertimpa buah kelapa sawit dan tersengat aliran listrik. Sisa korban lainnya mengalami luka ringan, seperti tertusuk duri atau digigit serangga. Ini merupakan fenomena gunung es.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Komisi Nasional HAM Ifdhal Kasim mengatakan, sistem yang diterapkan para pengelola perkebunan tersebut bisa diindikasikan sebagai pelanggaran HAM. "Indikasi pelanggaran HAM itu bisa dilaporkan dan korban bisa menangih janji perusahaan tentang pelanggaran tersebut. Mereka juga harus akuntabel dan memberikan pemulihan apabila terjadi korban dalam kegiatan mereka," ujarnya.
Peneliti ekonomi politik George Junus Aditjondro yang hadir dalam acara tersebut menambahkan, ekspansai perkebunan kelapa sawit kerap menimbulkan masalah. Selain dugaan pelanggaran HAM, juga konflik lahan. Sejak tahun 2004 sampai sekarang terjadi penyerobotan lahan milik warga seluas 6.000 hektar. Seluas 3.500 hektar lahan tersebut digunakan sebagai perkebunan kelapa sawit. Penyerobotan dan perluasan perkebunan kelapa sawit itu kerap dilakukan oleh pihak-pihak yang didukung penguasa.
Peluang Waralaba Bisnis Batik
Batik telah menjadi kain kebanggaan Indonesia. Makanya, batik pun menjadi pakaian wajib pegawai di beberapa instansi pada hari-hari tertentu. Alhasil, permintaan batik pun meningkat pesat.
Apalagi, batik tak hanya identik dengan orang tua. Sekarang, batik telah bertransformasi dengan pelbagai macam model yang digemari, mulai anak-anak, dewasa hingga orang tua. Maklum, perajin batik terus melakukan inovasi, baik corak maupun model pakaian batik.
Model batik klasik yang terkesan kolot telah berubah menjadi batik modern yang kontemporer, yang tentu kian digemari pecinta dan pemakai batik. Batik pun menjadi pakaian yang cocok dikenakan untuk ke kantor, acara formal, atau santai sekalipun, sehingga menciptakan tren baru di kalangan fesyen Indonesia. Banyaknya penggemar batik menjadi peluang usaha baru. Yakni, penjualan batik berkonsep toko atau butik.
Pemilik Batik Damayanti, Eliza Damayanti, menuturkan, sejak lima tahun membangun perusahaan garmen batik di Solo, ia optimistis usaha batik tidak akan pernah tenggelam. "Batik tak hanya menjadi pakaian untuk segala umur, tapi juga telah menjangkau segmen kelas atas, menengah, dan bawah," ujarnya.
Bahkan, menurut Eliza, segmentasi pasar batik telah meluas hingga pasar internasional. "Kami pun ingin memberi warna dan hadir dalam memenuhi kebutuhan batik Indonesia dan internasional," ungkap Eliza.
Melihat peluang batik saat ini begitu besar di Indonesia, Eliza pun memutuskan untuk mewaralabakan bisnis batiknya mulai tahun lalu. Tak hanya mengandalkan kreasi batik dengan model dan motif yang unik, Eliza juga menekankan pada dukungan manajemen untuk gerai milik mitra.
Tiga paket investasi
Eliza menjamin, mitra yang bergabung dengan Batik Damayanti tidak akan mengalami kendala dalam mengembangkan bisnis batiknya. "Ini karena kami mengelola langsung usahanya," papar dia. Eliza menawarkan tiga konsep investasi.
Pertama, Paket Kawung dengan investasi Rp 220 juta. Pada paket ini, mitra harus mempunyai gerai seluas 50 meter persegi.
Kedua, Paket Parang dengan nilai investasi Rp 362,5 juta. Luasan gerai untuk paket ini lebih dari 100 meter persegi.
Ketiga, Paket Sidoluhur dengan luas gerai lebih dari 200 m meter persegi. Nilai investasi paket ini mencapai Rp 625 juta.
Nilai investasi pada masing-masing paket tersebut sudah termasuk barang dagangan berupa pakaian batik. Selain investasi itu, mitra juga harus membayar joint fee atau inital fee yang berlaku selama lima tahun. Nilainya disesuaikan dengan jenis paket yang diambil.
Eliza juga mengutip royalti fee 2,5 persen dari penjualan kotor tiap bulan. Saat ini, Eliza tengah menyiapkan dua mitra di Jakarta dan Bogor yang siap meluncurkan grand opening Batik Damayanti April nanti.
Agar dapat bersaing dengan butik-butik yang menjual batik, Eliza mengedepankan desain pakaian dan motif yang selalu up to date. "Kami punya tim kreatif yang membuat corak dan desain batik untuk tiap season yang berbeda. Saat hari-hari besar, seperti Lebaran, Natal, Tahun Baru, dan Imlek selalu ada model-model baru dari Batik Damayanti," tuturnya.
Selain itu, Eliza juga berusaha menyesuaikan motif batik di mitranya sesuai dengan pasar mereka. Untuk mendukung strategi ini, ia memiliki tim desainer yang rutin melakukan survei langsung ke daerah mitra. "Cara ini terbilang jitu untuk mengetahui batik seperti apa yang diterima pasar setempat," ujar dia.
Soal harga, Eliza membanderol batiknya sama di semua mitra, berkisar Rp 75.000-Rp 250.000 per potong. (Mona Tobing/Kontan)
Apalagi, batik tak hanya identik dengan orang tua. Sekarang, batik telah bertransformasi dengan pelbagai macam model yang digemari, mulai anak-anak, dewasa hingga orang tua. Maklum, perajin batik terus melakukan inovasi, baik corak maupun model pakaian batik.
Model batik klasik yang terkesan kolot telah berubah menjadi batik modern yang kontemporer, yang tentu kian digemari pecinta dan pemakai batik. Batik pun menjadi pakaian yang cocok dikenakan untuk ke kantor, acara formal, atau santai sekalipun, sehingga menciptakan tren baru di kalangan fesyen Indonesia. Banyaknya penggemar batik menjadi peluang usaha baru. Yakni, penjualan batik berkonsep toko atau butik.
Pemilik Batik Damayanti, Eliza Damayanti, menuturkan, sejak lima tahun membangun perusahaan garmen batik di Solo, ia optimistis usaha batik tidak akan pernah tenggelam. "Batik tak hanya menjadi pakaian untuk segala umur, tapi juga telah menjangkau segmen kelas atas, menengah, dan bawah," ujarnya.
Bahkan, menurut Eliza, segmentasi pasar batik telah meluas hingga pasar internasional. "Kami pun ingin memberi warna dan hadir dalam memenuhi kebutuhan batik Indonesia dan internasional," ungkap Eliza.
Melihat peluang batik saat ini begitu besar di Indonesia, Eliza pun memutuskan untuk mewaralabakan bisnis batiknya mulai tahun lalu. Tak hanya mengandalkan kreasi batik dengan model dan motif yang unik, Eliza juga menekankan pada dukungan manajemen untuk gerai milik mitra.
Tiga paket investasi
Eliza menjamin, mitra yang bergabung dengan Batik Damayanti tidak akan mengalami kendala dalam mengembangkan bisnis batiknya. "Ini karena kami mengelola langsung usahanya," papar dia. Eliza menawarkan tiga konsep investasi.
Pertama, Paket Kawung dengan investasi Rp 220 juta. Pada paket ini, mitra harus mempunyai gerai seluas 50 meter persegi.
Kedua, Paket Parang dengan nilai investasi Rp 362,5 juta. Luasan gerai untuk paket ini lebih dari 100 meter persegi.
Ketiga, Paket Sidoluhur dengan luas gerai lebih dari 200 m meter persegi. Nilai investasi paket ini mencapai Rp 625 juta.
Nilai investasi pada masing-masing paket tersebut sudah termasuk barang dagangan berupa pakaian batik. Selain investasi itu, mitra juga harus membayar joint fee atau inital fee yang berlaku selama lima tahun. Nilainya disesuaikan dengan jenis paket yang diambil.
Eliza juga mengutip royalti fee 2,5 persen dari penjualan kotor tiap bulan. Saat ini, Eliza tengah menyiapkan dua mitra di Jakarta dan Bogor yang siap meluncurkan grand opening Batik Damayanti April nanti.
Agar dapat bersaing dengan butik-butik yang menjual batik, Eliza mengedepankan desain pakaian dan motif yang selalu up to date. "Kami punya tim kreatif yang membuat corak dan desain batik untuk tiap season yang berbeda. Saat hari-hari besar, seperti Lebaran, Natal, Tahun Baru, dan Imlek selalu ada model-model baru dari Batik Damayanti," tuturnya.
Selain itu, Eliza juga berusaha menyesuaikan motif batik di mitranya sesuai dengan pasar mereka. Untuk mendukung strategi ini, ia memiliki tim desainer yang rutin melakukan survei langsung ke daerah mitra. "Cara ini terbilang jitu untuk mengetahui batik seperti apa yang diterima pasar setempat," ujar dia.
Soal harga, Eliza membanderol batiknya sama di semua mitra, berkisar Rp 75.000-Rp 250.000 per potong. (Mona Tobing/Kontan)
Dijual Mobil Pick Up Mitsubishi T 120 SS Tahun 2005 Warna Hitam Samarinda
Dijual Mobil Pick Up Mitsubishi T 120 SS Tahun 2005 Samarinda
Dijual Mobil Pick Up Mitsubishi L300 Tahun 2010 Ada 10 Unit Warna Hitam Samarinda
Dijual Mobil Pick Up Mitsubishi L300 Tahun 2009 Bulan 9 Warna Hitam
Dijual Mobil Pick Up Mitsubishi L300 Tahun 2008 Warna Hitam Samarinda
Dijual Mobil Pick Up Mitsubishi L300 Tahun 2010 Warna Hitam Samarinda
Dijual Kijang Pick Up Tahun 2005 Bulan 4 Warna Hitam Samarinda
Dijual Kijang Pick Up Tahun 2005 Bulan 7 Warna Hitam
Dijual Kijang Pick Up Tahun 2005 Warna Biru Samarinda
Saturday, March 26, 2011
Yanti, Ibu Rumah Tangga Beromzet Rp 2 M
Status wanita bahkan ibu rumah tangga tidak menjadi halangan bagi kaum Hawa untuk bisa mencapai sukses, laiknya kaum adam. Memulai karier dari seorang pegawai perusahaan, kini Yanti Meilianty Isa justru menjadi pemilik sebuah usaha yang omzetnya mencapai Rp 2 miliar.
"Saya mulai bisnis (PT) MagFood Inovasi Pangan tahun 2001. Inspirasinya adalah berbagi (kepada orang lain). Saya melihat banyak celah untuk makanan Indonesia. Sebagai orang Muslim, makanan itu kan harus halal, dan kita negara yang rawan pangan. Jadi, saya mulai dulu dari diri saya," jelas Yanti kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (23/3/2011).
Produk pertama usahanya adalah campuran bumbu untuk industri kripik singkong, krupuk, yang terbuat dari bahan baku yang higienis, memenuhi syarat Depkes, dan halal. "Tahun 2003, (saya) masuk ke bisnis waralaba. Dulu gerobak kali ya, buat ayam goreng dan kentang," ujar Yanti, yang terus mengampanyekan makanan untuk memakai pengawet dan pewarna yang aman bagi kesehatan.
Selang 4 tahun kemudian, Yanti membeli saham PT Red Crispy. Namun, karena terdapat dua kepemilikan dengan satu merek, maka Magfood RedCrispy berubah merek menjadi Magfood Amazy, yang merupakan resto cepat saji dengan menu andalan ayam goreng dan keripik kentang.
Untuk jumlah karyawan, selama tiga tahun Amazy beroperasi, sudah ada 110 outlet lebih, dengan 8-12 karyawan per outletnya. "Dari merek lama dan baru kita udah ada sekitar 2.000 pekerja, dan sudah terbentuk jaringan wirausaha 400 orang lebih," tuturnya.
Luar Jawa potensial
"Wilayah nasional, ekonomi yang lagi maju justru luar pulau. Mulai dari Sumatera, Kalimantan, kemudian Ambon, Sulawesi. Saya masuk di kota-kota yang belum pernah saya kenal sebelumnya," jelas Yanti.
Menurutnya, merupakan suatu tindakan bunuh diri jika fokus pada Pulau Jawa dalam memperluas ekspansi bisnis, yang cukup berat bersaing dengan perusahaan multinasional. "Kita masuk ke pinggir kota, seperti Bekasi, Bintaro, masuk ke daerah-daerah perumahanlah," jelasnya.
Yanti yang sebelumnya seorang profesional selama 17 tahun dengan spesialisasi manajemen merek menyebutkan, mental sebagai kendala terbesar bagi seseorang dalam memulai usaha. "Modal saya bukan uang, tapi pengalaman saya selama 17 tahun sebagai profesional. Selama itu, saya banyak mendapat kesempatan dari perusahaan multinasional untuk membangun bisnis baru, jadi ini (modal bukan hanya uang) yang saya mau tularkan ke orang," jelasnya.
Mental dalam berusaha, lanjut dia, juga berarti jangan bergantung sepenuhnya dengan pemerintah. Maksudnya, jika menemui perizinan yang susah, pajak yang mempersulit, ataupun dukungan ke UKM masih sangat sulit, jangan mengeluh dan coba usaha sendiri.
"Problemnya di (usaha) mikro, mereka tidak menciptakan kepemimpinan. Seperti, pedagang di Tanah Abang, omsetnya mungkin lebih dari saya, tapi ketika pedagangnya sakit, tokonya tidak buka," tuturnya.
Dengan statusnya sebagai seorang ibu, juga pengusaha, Yanti menyebutkan, banyak hambatan dari lingkungan, mulai dari keluarga inti, besar, hingga masyarakat sekalipun. "Nah, wanita itu harus punya ketahanan fisik dan mental yang sangat kuat. Bikin tangan jadi delapan, octopus, sehingga bisa menjaga keluarga, usaha, dan lainnya," serunya menjelaskan dengan semangat.
"Saya mulai bisnis (PT) MagFood Inovasi Pangan tahun 2001. Inspirasinya adalah berbagi (kepada orang lain). Saya melihat banyak celah untuk makanan Indonesia. Sebagai orang Muslim, makanan itu kan harus halal, dan kita negara yang rawan pangan. Jadi, saya mulai dulu dari diri saya," jelas Yanti kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (23/3/2011).
Produk pertama usahanya adalah campuran bumbu untuk industri kripik singkong, krupuk, yang terbuat dari bahan baku yang higienis, memenuhi syarat Depkes, dan halal. "Tahun 2003, (saya) masuk ke bisnis waralaba. Dulu gerobak kali ya, buat ayam goreng dan kentang," ujar Yanti, yang terus mengampanyekan makanan untuk memakai pengawet dan pewarna yang aman bagi kesehatan.
Selang 4 tahun kemudian, Yanti membeli saham PT Red Crispy. Namun, karena terdapat dua kepemilikan dengan satu merek, maka Magfood RedCrispy berubah merek menjadi Magfood Amazy, yang merupakan resto cepat saji dengan menu andalan ayam goreng dan keripik kentang.
Untuk jumlah karyawan, selama tiga tahun Amazy beroperasi, sudah ada 110 outlet lebih, dengan 8-12 karyawan per outletnya. "Dari merek lama dan baru kita udah ada sekitar 2.000 pekerja, dan sudah terbentuk jaringan wirausaha 400 orang lebih," tuturnya.
Luar Jawa potensial
"Wilayah nasional, ekonomi yang lagi maju justru luar pulau. Mulai dari Sumatera, Kalimantan, kemudian Ambon, Sulawesi. Saya masuk di kota-kota yang belum pernah saya kenal sebelumnya," jelas Yanti.
Menurutnya, merupakan suatu tindakan bunuh diri jika fokus pada Pulau Jawa dalam memperluas ekspansi bisnis, yang cukup berat bersaing dengan perusahaan multinasional. "Kita masuk ke pinggir kota, seperti Bekasi, Bintaro, masuk ke daerah-daerah perumahanlah," jelasnya.
Yanti yang sebelumnya seorang profesional selama 17 tahun dengan spesialisasi manajemen merek menyebutkan, mental sebagai kendala terbesar bagi seseorang dalam memulai usaha. "Modal saya bukan uang, tapi pengalaman saya selama 17 tahun sebagai profesional. Selama itu, saya banyak mendapat kesempatan dari perusahaan multinasional untuk membangun bisnis baru, jadi ini (modal bukan hanya uang) yang saya mau tularkan ke orang," jelasnya.
Mental dalam berusaha, lanjut dia, juga berarti jangan bergantung sepenuhnya dengan pemerintah. Maksudnya, jika menemui perizinan yang susah, pajak yang mempersulit, ataupun dukungan ke UKM masih sangat sulit, jangan mengeluh dan coba usaha sendiri.
"Problemnya di (usaha) mikro, mereka tidak menciptakan kepemimpinan. Seperti, pedagang di Tanah Abang, omsetnya mungkin lebih dari saya, tapi ketika pedagangnya sakit, tokonya tidak buka," tuturnya.
Dengan statusnya sebagai seorang ibu, juga pengusaha, Yanti menyebutkan, banyak hambatan dari lingkungan, mulai dari keluarga inti, besar, hingga masyarakat sekalipun. "Nah, wanita itu harus punya ketahanan fisik dan mental yang sangat kuat. Bikin tangan jadi delapan, octopus, sehingga bisa menjaga keluarga, usaha, dan lainnya," serunya menjelaskan dengan semangat.
Bisnis Utama Tetap Transportasi
Tatkala menjadi perusahaan publik pada 2013, Blue Bird Group menempatkan bisnis utama tetap transportasi. Presiden Direktur Blue Bird Group Purnomo Prawiro mengatakan hal itu pada Sabtu (26/3/2011). "Sektor bisnis yang kami kembangkan juga adalah logistik dan teknologi informasi," kata Purnomo.
Dalam kesempatan kegiatan rutin pemberian penghargaan bagi pengemudi taksi teladan dan pengemudi taksi yang mengembalikan barang penumpang, perusahaan berlogo burung terbang itu juga mendapat Certificate of Commendation dari pihak Kedutaan Besar Amerika Serikat. Penghargaan tersebut berkenaan dengan upaya Blue Bird menjaga keamanan dan keselamatan para penumpangnya. "Kami merekomendasikan warga AS, khususnya para pejabat di lingkungan Departemen Pertahanan AS, untuk menggunakan Blue Bird Group," kata Kepala Detasemen Perlindungan Kedutaan Besar Amerika Scott M Bernat.
Dalam kesempatan kegiatan rutin pemberian penghargaan bagi pengemudi taksi teladan dan pengemudi taksi yang mengembalikan barang penumpang, perusahaan berlogo burung terbang itu juga mendapat Certificate of Commendation dari pihak Kedutaan Besar Amerika Serikat. Penghargaan tersebut berkenaan dengan upaya Blue Bird menjaga keamanan dan keselamatan para penumpangnya. "Kami merekomendasikan warga AS, khususnya para pejabat di lingkungan Departemen Pertahanan AS, untuk menggunakan Blue Bird Group," kata Kepala Detasemen Perlindungan Kedutaan Besar Amerika Scott M Bernat.
Lebih lanjut, Purnomo menjelaskan, sebagai bagian dari realisasi menjadi perusahaan publik tersebut, sampai dengan akhir 2011, pihaknya akan menambah 2.400 unit mobil taksi baru di seluruh Indonesia. Dari jumlah itu, 1.500 unit merupakan porsi untuk wilayah Jabodetabek. Sementara sisanya untuk empat kota, yakni Surabaya, Medan, Palembang, dan Bali.
Selain kota-kota di atas, perusahaan yang genap berusia 39 tahun pada 1 Mei 2011 memiliki unit usaha taksi meter di Yogyakarta, Bandung, Lombok, dan Manado. "Kami mendapat ajakan untuk membantu penyelenggaraan SEA Games XXVI di Palembang, November tahun ini," kata Purnomo.
Selain kota-kota di atas, perusahaan yang genap berusia 39 tahun pada 1 Mei 2011 memiliki unit usaha taksi meter di Yogyakarta, Bandung, Lombok, dan Manado. "Kami mendapat ajakan untuk membantu penyelenggaraan SEA Games XXVI di Palembang, November tahun ini," kata Purnomo.
Sampai kini, Blue Bird Group menaungi lebih dari 20.000 unit armada dari berbagai jenis. Jumlah tenaga kerja yang terserap hingga sekarang lebih dari 30.000 orang.
Friday, March 25, 2011
Mozilla: Firefox 4 Diunduh 7,1 Juta Kali dalam 24 Jam
Mozilla masih bisa membusungkan dada karena browser teranyarnya, Firefox 4, diunduh 7,1 juta kali dalam 24 jam sejak diluncurkan, Senin (21/3/2011). Artinya, jumlah orang yang mengunduh itu mencapai tiga kali lipat Internet Explorer 9 yang mencatat 2,35 juta kali diunduh dalam 24 jam setelah lebih dahulu dirilis beberapa hari sebelumnya.
"Kami sangat senang dapat melaporkan bahwa selama 24 jam sejak diumumkan, ia telah diunduh 7,1 juta kali," tulis Gary Kovacs di blog Mozilla. Ia mengatakan, kalau dijumlah dengan 3 juta pemakai versi release candidate (RC) yang akhirnya dirilis sebagai versi final total mencapai 10,1 juta orang. Sampai saat berita ini ditulis setelah lebih dari tiga hari sudah ada di atas 22 juta kali diunduh.
Fakta menarik dari Firefox adalah sifatnya yang open source. Browser tersebut memang dirancang untuk mendorong internet yang bebas, terbuka, dan bisa diakses siapa saja. Lebih dari 50.000 orang telah bergabung dalam komunitas Mozilla yang turut membantu pengembangan lebih lanjut browser tersebut dari satu versi ke versi berikutnya.
Namun, hal yang lebih penting saat ini, menurut Gary Kovacs, adalah bukan sekadar jumlah pemakai yang banyak. Firefox 4, menurutnya, mulai memelopori pendefinisian ulang browser, dari sebuah rangkaian kode tradisional untuk menampilkan informasi yang sederhana dan tautan statik menjadi lingkungan yang aman bagi pengguna untuk berselancar di internet.
"Di saat semakin banyak yang kita akses secara online, kita pasti berharap lebih banyak dari lingkungan browser. Kita pasti berharap agar ia tahu siapa kita, ke mana akan berkunjung. Kita tentu berharap browser dapat mengingat sesuatu yang sederhana seperti jejak, password, tab terbuka, aplikasi yang terbuka, dan mengingat apa kebiasaan kita, ke mana biasa online, pakai alat apa, dan tanpa memasukkan apa-apa lagi," papar Gary Kovacs.
Firefox 4 hadir dengan tampilan lebih clean dibandingkan dengan versi sebelumnya, namun tetap memberi kesempatan bagi penggunanya untuk melakukan personalisasi dengan tema pilihan yang beragam. Fitur-fiturnya juga ditambah untuk memberi kenyamanan lebih saat online seperti tab yang bisa dikelompokkan. Kecepatan untuk mengakses web juga lebih kencang dan mendukung tampilan grafis lebih baik.
"Kami sangat senang dapat melaporkan bahwa selama 24 jam sejak diumumkan, ia telah diunduh 7,1 juta kali," tulis Gary Kovacs di blog Mozilla. Ia mengatakan, kalau dijumlah dengan 3 juta pemakai versi release candidate (RC) yang akhirnya dirilis sebagai versi final total mencapai 10,1 juta orang. Sampai saat berita ini ditulis setelah lebih dari tiga hari sudah ada di atas 22 juta kali diunduh.
Fakta menarik dari Firefox adalah sifatnya yang open source. Browser tersebut memang dirancang untuk mendorong internet yang bebas, terbuka, dan bisa diakses siapa saja. Lebih dari 50.000 orang telah bergabung dalam komunitas Mozilla yang turut membantu pengembangan lebih lanjut browser tersebut dari satu versi ke versi berikutnya.
Namun, hal yang lebih penting saat ini, menurut Gary Kovacs, adalah bukan sekadar jumlah pemakai yang banyak. Firefox 4, menurutnya, mulai memelopori pendefinisian ulang browser, dari sebuah rangkaian kode tradisional untuk menampilkan informasi yang sederhana dan tautan statik menjadi lingkungan yang aman bagi pengguna untuk berselancar di internet.
"Di saat semakin banyak yang kita akses secara online, kita pasti berharap lebih banyak dari lingkungan browser. Kita pasti berharap agar ia tahu siapa kita, ke mana akan berkunjung. Kita tentu berharap browser dapat mengingat sesuatu yang sederhana seperti jejak, password, tab terbuka, aplikasi yang terbuka, dan mengingat apa kebiasaan kita, ke mana biasa online, pakai alat apa, dan tanpa memasukkan apa-apa lagi," papar Gary Kovacs.
Firefox 4 hadir dengan tampilan lebih clean dibandingkan dengan versi sebelumnya, namun tetap memberi kesempatan bagi penggunanya untuk melakukan personalisasi dengan tema pilihan yang beragam. Fitur-fiturnya juga ditambah untuk memberi kenyamanan lebih saat online seperti tab yang bisa dikelompokkan. Kecepatan untuk mengakses web juga lebih kencang dan mendukung tampilan grafis lebih baik.
Thursday, March 24, 2011
Andry Desuardi dan Bisnis Sejuta Pulsa
Peluang membangun bisnis selalu ada di setiap kesempatan. Asalkan jeli melihat peluang ini, niscaya siapa pun bisa menjalankan usaha tersebut dengan hasil baik.
Itulah pelajaran penting yang dipetik oleh Andry Desuardi selama lima tahun menjalankan roda bisnis pengisian pulsa elektrik untuk telepon genggam. Usahanya ini tak hanya mendatangkan laba untuk koceknya sendiri, tapi juga membuka kesempatan wirausaha bagi ribuan orang di Indonesia.
Andry menyadari betul bahwa keberadaan telepon genggam telah mengubah gaya hidup semua lapisan masyarakat Indonesia. Orang tua maupun muda, di kota atau di pelosok desa, hampir semuanya mengenal dan menggunakan peranti halo-halo tersebut.
Andry membidik hal itu sebagai kesempatan berwiraswasta. Pria yang sudah 8 tahun tinggal di BSD City itu kemudian mengembangkan sistem pengisian pulsa telepon genggam. Produk peranti lunak buatannya itu ia namai Flash Machine, sampai sekarang.
"Awalnya (usaha) kami berdiri tahun 2006 sebagai developer software pulsa dan juga sebagai penjual pulsa kepada seluruh masyarakat," tutur Andry saat ditemui Kompas.com, Rabu (23/3/2011) sore di kediamannya di Nusa Loka BSD City, Kota Tangerang Selatan.
Mengutip penjelasan di www.flash-machine.com, produk buatan PT Cipta Kreasi Multimedia yang didirikan Andry itu keunggulan dalam hal efektivitas dan kecepatan kerja. Peranti lunak yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan tersebut dibanderol seharga Rp 17,5 juta. Konsumennya ada dua jenis.
"Yang pertama itu yang konvensional, yaitu mereka beli datang ke kita, terus ditransfer pulsa dan bayar di tempat. Nah, belakangan banyak juga yang tipe kedua. Jadi mereka itu membeli pulsa kita dengan deposit, lalu mereka menjadi agen penyuplai pulsa lagi, baik buat keluarga dan rekan-rekannya," paparnya.
Berbagai bidang usaha
Jerih payah itu kemudian mendatangkan hasil. Di kartu namanya tertulis jabatan Presiden Direktur PT Cipta Kreasi Multimedia selaku perusahaan pengembang Flash Machine. Namun, Andry tidak mengenal kata puas. Ia juga menyasar jenis usaha lain, termasuk di bidang otomotif.
"Kami juga menjadi semacam distributor GPS (global positioning system) dan voucher asuransi, serta rental mobil. Cuma tetap, ya, core bisnis kami di developer software pulsa dan penjualan pulsa elektrik maupun voucher," tambah suami dari Lucky Prihartanti ini. Andry juga masih mencari peluang bisnis lain.
Andry sengaja menawarkan bisnis pulsa elektrik karena voucher fisik berbentuk kupon sudah mulai langka. Apalagi, di tengah tuntutan hidup ramah lingkungan seperti sekarang, kupon pulsa berbahan kertas itu begitu dihindari. "Sekarang voucher fisik sudah jarang, kebanyakan orang beli pulsa elektrik," ucap ayah tiga anak dan hobi menembak serta otomotif ini.
Biarpun usia bisnisnya baru lima tahun, perkembangannya tergolong cepat. Usahanya sudah memasuki 31 provinsi dan memiliki kira-kira 5.000 jaringan penjual pulsa elektrik di Indonesia.
"Kalau kita jeli melihat peluang, apa pun bisa dibuat bisnis. Saya juga main bisnis ke bisnis pulsa karena saya lihat perkembangan masyarakat. Sekarang semua masyarakat hampir semua punya handphone," tambahnya.
Hingga saat ini, karyawan Flash Machine di Nusa Loka BSD City mencapai 30 orang. Itu belum termasuk jumlah karyawan dan staf, serta relasi bisnis Andry di daerah dan provinsi lain.
Andry jujur mengakui bahwa ia belum merasa sangat sukses. Menurutnya, usia usahanya masih tergolong muda. Oleh karena itu, ia terkadang masih enggan menyebut omzet dan nominal usahanya. Ia hanya menyebut omzet usahanya berada pada kisaran Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar.
"Saya pasti akan selalu jeli melihat peluang lain. Mengenai perkembangan dan unit bisnis saya nanti. Kita lihat saja karena, kalau kita jeli melihat peluang, apa pun bisa dibuat bisnis," pungkasnya.
Itulah pelajaran penting yang dipetik oleh Andry Desuardi selama lima tahun menjalankan roda bisnis pengisian pulsa elektrik untuk telepon genggam. Usahanya ini tak hanya mendatangkan laba untuk koceknya sendiri, tapi juga membuka kesempatan wirausaha bagi ribuan orang di Indonesia.
Andry menyadari betul bahwa keberadaan telepon genggam telah mengubah gaya hidup semua lapisan masyarakat Indonesia. Orang tua maupun muda, di kota atau di pelosok desa, hampir semuanya mengenal dan menggunakan peranti halo-halo tersebut.
Andry membidik hal itu sebagai kesempatan berwiraswasta. Pria yang sudah 8 tahun tinggal di BSD City itu kemudian mengembangkan sistem pengisian pulsa telepon genggam. Produk peranti lunak buatannya itu ia namai Flash Machine, sampai sekarang.
"Awalnya (usaha) kami berdiri tahun 2006 sebagai developer software pulsa dan juga sebagai penjual pulsa kepada seluruh masyarakat," tutur Andry saat ditemui Kompas.com, Rabu (23/3/2011) sore di kediamannya di Nusa Loka BSD City, Kota Tangerang Selatan.
Mengutip penjelasan di www.flash-machine.com, produk buatan PT Cipta Kreasi Multimedia yang didirikan Andry itu keunggulan dalam hal efektivitas dan kecepatan kerja. Peranti lunak yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan tersebut dibanderol seharga Rp 17,5 juta. Konsumennya ada dua jenis.
"Yang pertama itu yang konvensional, yaitu mereka beli datang ke kita, terus ditransfer pulsa dan bayar di tempat. Nah, belakangan banyak juga yang tipe kedua. Jadi mereka itu membeli pulsa kita dengan deposit, lalu mereka menjadi agen penyuplai pulsa lagi, baik buat keluarga dan rekan-rekannya," paparnya.
Berbagai bidang usaha
Jerih payah itu kemudian mendatangkan hasil. Di kartu namanya tertulis jabatan Presiden Direktur PT Cipta Kreasi Multimedia selaku perusahaan pengembang Flash Machine. Namun, Andry tidak mengenal kata puas. Ia juga menyasar jenis usaha lain, termasuk di bidang otomotif.
"Kami juga menjadi semacam distributor GPS (global positioning system) dan voucher asuransi, serta rental mobil. Cuma tetap, ya, core bisnis kami di developer software pulsa dan penjualan pulsa elektrik maupun voucher," tambah suami dari Lucky Prihartanti ini. Andry juga masih mencari peluang bisnis lain.
Andry sengaja menawarkan bisnis pulsa elektrik karena voucher fisik berbentuk kupon sudah mulai langka. Apalagi, di tengah tuntutan hidup ramah lingkungan seperti sekarang, kupon pulsa berbahan kertas itu begitu dihindari. "Sekarang voucher fisik sudah jarang, kebanyakan orang beli pulsa elektrik," ucap ayah tiga anak dan hobi menembak serta otomotif ini.
Biarpun usia bisnisnya baru lima tahun, perkembangannya tergolong cepat. Usahanya sudah memasuki 31 provinsi dan memiliki kira-kira 5.000 jaringan penjual pulsa elektrik di Indonesia.
"Kalau kita jeli melihat peluang, apa pun bisa dibuat bisnis. Saya juga main bisnis ke bisnis pulsa karena saya lihat perkembangan masyarakat. Sekarang semua masyarakat hampir semua punya handphone," tambahnya.
Hingga saat ini, karyawan Flash Machine di Nusa Loka BSD City mencapai 30 orang. Itu belum termasuk jumlah karyawan dan staf, serta relasi bisnis Andry di daerah dan provinsi lain.
Andry jujur mengakui bahwa ia belum merasa sangat sukses. Menurutnya, usia usahanya masih tergolong muda. Oleh karena itu, ia terkadang masih enggan menyebut omzet dan nominal usahanya. Ia hanya menyebut omzet usahanya berada pada kisaran Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar.
"Saya pasti akan selalu jeli melihat peluang lain. Mengenai perkembangan dan unit bisnis saya nanti. Kita lihat saja karena, kalau kita jeli melihat peluang, apa pun bisa dibuat bisnis," pungkasnya.
Easy Clean, Pelopor "Laundry" Kiloan
Padatnya penduduk dan permukiman di kota-kota besar telah melahirkan usaha penatu atau laundry di segala tempat. Bagaimana para penatu ini dapat bertahan di tengah persaingan yang begitu ketat tersebut?
Bagi Anda yang tinggal di Jakarta atau kota-kota besar lain, tidak sulit menemukan jasa penatu di sekitar tempat tinggal. Di satu kompleks perumahan, misalnya, penyedia jasa pencucian pakaian seperti ini bisa puluhan jumlahnya. Maka terjadilah ”perang” antartetangga dalam menjaring pelanggan.
Aditya Trituranta menyikapi hal ini dengan strategi pemasaran berbeda. Ia lebih suka membidik kalangan muda sebagai target usaha penatunya.
Berawal dari tahun 2002, pria yang kini masih aktif bekerja di maskapai penerbangan milik negara itu membuka rumah penatu di Yogyakarta. Ia sengaja menamai usahanya itu dengan unsur lokal.
”Namanya House of Laundry Benresik, itu usaha pertama saya di Yogyakarta,” kata Aditya saat ditemui Kompas.com di rumah penatunya, Jalan Rawa Buntu Utara, Serpong, Tangerang Selatan, Kamis (24/3/2011). Benresik dalam bahasa Jawa ditulis ben resik berarti supaya bersih.
Usaha tersebut diliriknya karena melihat pangsa pasarnya yang kebanyakan mahasiswa. Kebetulan lokasi penatu Benresik itu tak jauh dari kampus Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta. Pelanggannya, ya, para mahasiswa UPN itu. ”Saya 'kan juga pernah jadi mahasiswa. Tahulah, gimana kondisi mahasiswa yang malas mencuci dan biasanya cenderung mencuci di laundry,” tutur Aditya.
Setelah setahun membuka usaha di Yogyakarta, Aditya mulai menjajaki kota lain untuk melebarkan sayap bisnis. Ia pun membuka rumah penatu di kawasan BSD City sektor 1.2, Kota Tangerang Selatan.
Usahanya bernama House of Laundry Easy Clean. Segmen pasarnya dibuat lain dari segmen pasar Benresik yang kini dikelola oleh adik Aditya. ”Kalau yang di Yogyakarta segmennya mahasiswa. Nah, yang di BSD City ini segmennya para keluarga dan eksekutif muda,” ujarnya.
Aditya mengakui, awalnya ia ragu dalam menetapkan pasar kalangan muda usia. Lagipula lokasi Easy Clean di BSD City berada di sekitar permukiman kelas menengah ke atas di mana keluarga di situ umumnya memiliki pembantu atau mesin cuci. Keraguan itu terbantahkan setelah ia menjalani semua rintangan dalam berbisnis penatu. Kini setidaknya ada 1.000 pelanggan yang menggunakan jasa Easy Clean. ”Saya selalu perhatikan tiga hal dalam usaha saya, yaitu kualitas SDM (sumber daya manusia), SOP (standard operating procedure), dan instrumen," katanya.
Di antara ketiga faktor itu, faktor sumber daya manusia merupakan faktor terpenting. ”Percuma juga kalau instrumen bagus, tapi SDM-nya kurang berkualitas, hasilnya pun kurang,” katanya menceritakan kunci keberhasilan rumah penatu Easy Clean. Karena faktor inilah, Aditya tidak takut bersaing dengan bisnis penatu lain di kawasannya.
Selain menyasar segmen kalangan muda, Aditya juga membuat perbedaan pada penatu Easy Clean ini. Waktu itu, bisnis penatu umumnya memasang harga layanan berdasarkan jumlah dan jenis pakaian yang dicuci. Aditya menabrak pakem ini dengan menawarkan jasa harga per kilogram pakaian. Konsep baru ini diklaimnya sebagai pelopor dalam bisnis bersih-bersih pakaian. ”Saya bilang pionir karena konsep kami laundry kiloan, kalau biasanya kan laundry per potong. Itulah keunikan kami,” tuturnya.
Hingga sekarang, omzet rumah penatu Easy Clean telah mencapai Rp 30 juta per bulan. Aditya mempekerjakan 17 orang untuk dua gerai Easy Clean di BSD City dan Villa Melati Mas, dua-duanya di kawasan Serpong.
Jasa pencucian baju per 5 kilogram pakaian dikenakan biaya Rp 16.000 atau rata-rata Rp 3.000/kg. Untuk mencuci pakaian hingga kering, dikenakan tarif Rp 29.000. Jika menginginkan pakaian rapi terseterika, dikenakan tarif Rp 40.000. Bagi para eksekutif muda yang selalu ingin tampil rapi dan formal, bisa ditambahkan gantungan pakaian seharga Rp 3.000 per biji. ”Rata-rata dua hingga 5 hari pengerjaan hingga selesai, tergantung kapasitas dan pesanan juga. Karena kalau kita overload, pastinya dibutuhkan waktu yang lebih lama,”ujar Aditya.
Aditya juga menawarkan konsep usaha waralaba (franchise) untuk penatu kiloannya tersebut. Saat ini sudah ada tiga tempat waralaba yang menggunakan nama Easy Clean, yakni dua Cibubur, Jawa Barat, dan satu di Kota Malang, Jawa Timur.
”Kalau yang tiga franchise itu, saya memberikan training untuk karyawan dan menjadi konsultan mereka. Jadi kepemilikannya tetap mereka pribadi,” ucapnya. Memberikan pelatihan dan konsultasi penatu kepada waralaba ini penting bagi Aditya demi menjaga citra Easy Clean dan layanan yang diberikan. Gerai Easy Clean buka tiap hari mulai pukul 06.00 hingga pukul 22.00.
Bagi Anda yang tinggal di Jakarta atau kota-kota besar lain, tidak sulit menemukan jasa penatu di sekitar tempat tinggal. Di satu kompleks perumahan, misalnya, penyedia jasa pencucian pakaian seperti ini bisa puluhan jumlahnya. Maka terjadilah ”perang” antartetangga dalam menjaring pelanggan.
Aditya Trituranta menyikapi hal ini dengan strategi pemasaran berbeda. Ia lebih suka membidik kalangan muda sebagai target usaha penatunya.
Berawal dari tahun 2002, pria yang kini masih aktif bekerja di maskapai penerbangan milik negara itu membuka rumah penatu di Yogyakarta. Ia sengaja menamai usahanya itu dengan unsur lokal.
”Namanya House of Laundry Benresik, itu usaha pertama saya di Yogyakarta,” kata Aditya saat ditemui Kompas.com di rumah penatunya, Jalan Rawa Buntu Utara, Serpong, Tangerang Selatan, Kamis (24/3/2011). Benresik dalam bahasa Jawa ditulis ben resik berarti supaya bersih.
Usaha tersebut diliriknya karena melihat pangsa pasarnya yang kebanyakan mahasiswa. Kebetulan lokasi penatu Benresik itu tak jauh dari kampus Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta. Pelanggannya, ya, para mahasiswa UPN itu. ”Saya 'kan juga pernah jadi mahasiswa. Tahulah, gimana kondisi mahasiswa yang malas mencuci dan biasanya cenderung mencuci di laundry,” tutur Aditya.
Setelah setahun membuka usaha di Yogyakarta, Aditya mulai menjajaki kota lain untuk melebarkan sayap bisnis. Ia pun membuka rumah penatu di kawasan BSD City sektor 1.2, Kota Tangerang Selatan.
Usahanya bernama House of Laundry Easy Clean. Segmen pasarnya dibuat lain dari segmen pasar Benresik yang kini dikelola oleh adik Aditya. ”Kalau yang di Yogyakarta segmennya mahasiswa. Nah, yang di BSD City ini segmennya para keluarga dan eksekutif muda,” ujarnya.
Aditya mengakui, awalnya ia ragu dalam menetapkan pasar kalangan muda usia. Lagipula lokasi Easy Clean di BSD City berada di sekitar permukiman kelas menengah ke atas di mana keluarga di situ umumnya memiliki pembantu atau mesin cuci. Keraguan itu terbantahkan setelah ia menjalani semua rintangan dalam berbisnis penatu. Kini setidaknya ada 1.000 pelanggan yang menggunakan jasa Easy Clean. ”Saya selalu perhatikan tiga hal dalam usaha saya, yaitu kualitas SDM (sumber daya manusia), SOP (standard operating procedure), dan instrumen," katanya.
Di antara ketiga faktor itu, faktor sumber daya manusia merupakan faktor terpenting. ”Percuma juga kalau instrumen bagus, tapi SDM-nya kurang berkualitas, hasilnya pun kurang,” katanya menceritakan kunci keberhasilan rumah penatu Easy Clean. Karena faktor inilah, Aditya tidak takut bersaing dengan bisnis penatu lain di kawasannya.
Selain menyasar segmen kalangan muda, Aditya juga membuat perbedaan pada penatu Easy Clean ini. Waktu itu, bisnis penatu umumnya memasang harga layanan berdasarkan jumlah dan jenis pakaian yang dicuci. Aditya menabrak pakem ini dengan menawarkan jasa harga per kilogram pakaian. Konsep baru ini diklaimnya sebagai pelopor dalam bisnis bersih-bersih pakaian. ”Saya bilang pionir karena konsep kami laundry kiloan, kalau biasanya kan laundry per potong. Itulah keunikan kami,” tuturnya.
Hingga sekarang, omzet rumah penatu Easy Clean telah mencapai Rp 30 juta per bulan. Aditya mempekerjakan 17 orang untuk dua gerai Easy Clean di BSD City dan Villa Melati Mas, dua-duanya di kawasan Serpong.
Jasa pencucian baju per 5 kilogram pakaian dikenakan biaya Rp 16.000 atau rata-rata Rp 3.000/kg. Untuk mencuci pakaian hingga kering, dikenakan tarif Rp 29.000. Jika menginginkan pakaian rapi terseterika, dikenakan tarif Rp 40.000. Bagi para eksekutif muda yang selalu ingin tampil rapi dan formal, bisa ditambahkan gantungan pakaian seharga Rp 3.000 per biji. ”Rata-rata dua hingga 5 hari pengerjaan hingga selesai, tergantung kapasitas dan pesanan juga. Karena kalau kita overload, pastinya dibutuhkan waktu yang lebih lama,”ujar Aditya.
Aditya juga menawarkan konsep usaha waralaba (franchise) untuk penatu kiloannya tersebut. Saat ini sudah ada tiga tempat waralaba yang menggunakan nama Easy Clean, yakni dua Cibubur, Jawa Barat, dan satu di Kota Malang, Jawa Timur.
”Kalau yang tiga franchise itu, saya memberikan training untuk karyawan dan menjadi konsultan mereka. Jadi kepemilikannya tetap mereka pribadi,” ucapnya. Memberikan pelatihan dan konsultasi penatu kepada waralaba ini penting bagi Aditya demi menjaga citra Easy Clean dan layanan yang diberikan. Gerai Easy Clean buka tiap hari mulai pukul 06.00 hingga pukul 22.00.
Wednesday, March 23, 2011
Dijual Mobil Suzuki Escudo Tahun 2000 Warna Coklat Metalik Ada TV & Sound Sistem,
Juragan Resto yang Mantan Cleaning Service
Bekerja sebagai cleaning service merupakan awal mimpinya untuk hidup mandiri dan dapat membiayai kuliah. Namun, karena kesibukannya bekerja sebagai cleaning service di restoran cepat saji tersebut, Nurul Atik harus mengubur impiannya dalam-dalam untuk melanjutkan pendidikannya. Ia malah membangun sendiri usaha makanan cepat saji yang kini sukses.
Anda pasti pernah mendengar ungkapan "Orang yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil". Ungkapan ini mungkin cocok disematkan bagi seorang Nurul Atik. Pria asal Jepara ini menapaki kesuksesan dari jalan berliku.
Mantan cleaning service ini sekarang memiliki Rocket Chicken, perusahaan waralaba di bidang makanan cepat saji. Kini, ia memiliki 83 mitra di seluruh Indonesia. Ia mendapat pembayaran biaya royalti hingga Rp 100 juta dari para mitra.
Sebelum menjadi Presiden Direktur Rocket Chicken, Nurul bekerja sebagai seorang cleaning service di California Fried Chicken (CFC) di Semarang, Jawa Tengah. Dari seorang tukang bersih-bersih resto cepat saji, kini dia menjadi bos resto cepat saji milik sendiri.
Kisah Nurul dalam menapaki dunia kerja berawal ketika ia lulus dari sekolah menengah atas, 20 tahun lalu. Lantaran ingin meringankan beban orang tua, Nurul pun berencana melanjutkan kuliah dengan biaya sendiri.
Sempat menganggur selama setahun mencari pekerjaan, Nurul akhirnya diterima bekerja di CFC di Jalan Pemuda, Semarang. Nurul bekerja sesuai dengan profesi yang dibutuhkan pada saat itu, yakni sebagai cleaning service alias tukang bersih-bersih, di restoran cepat saji tersebut.
Selama tiga bulan, Nurul menjadi karyawan dengan status trainee. Gaji pertama Nurul sebagai cleaning service pada saat itu hanya Rp 35.000 per bulan. Ia harus membagi gaji itu untuk kebutuhan makan, indekos, dan biaya transportasi. Dengan jumlah gaji yang pas-pasan tersebut, sering ia harus berutang pada rekan-rekannya di CFC.
Karena kinerjanya yang bagus, ia kemudian diangkat menjadi pegawai tetap. Selang tiga bulan berjalan, akhirnya Nurul diangkat menjadi tukang cuci piring selama empat bulan.
Ia cepat bergeser ke posisi juru masak selama empat bulan. Karena kinerjanya semakin hari semakin baik, Nurul diangkat lagi menjadi kasir selama enam bulan. Tak hanya sampai di situ, Nurul lalu naik pangkat menjadi seorang supervisor selama satu tahun.
Nurul juga mengecap posisi sebagai asisten manajer selama dua tahun di perusahaan yang sama. Karena kekosongan di bagian audit, Nurul kemudian menggantikan posisi tersebut selama tiga bulan. Tak memerlukan waktu yang lama, pria yang kini berusia 42 tahun ini mengecap posisi manajer areal selama dua tahun.
Posisi manajer areal mengharuskan Nurul berkeliling dari kota satu ke kota yang lain untuk memberikan pelatihan kepada karyawan-karyawan baru mulai dari berbagai kota di Jawa Tengah seperti Semarang, Magelang, dan Solo, hingga Yogyakarta.
Dengan kesibukannya bekerja di restoran cepat saji tersebut, Nurul mengubur dalam-dalam impiannya untuk melanjutkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. "Pada saat menjadi cleaning service ternyata jam kerjanya sif sehingga saya tidak bisa membagi waktu antara kerja dan keinginan untuk kuliah," tutur Nurul.
Namun, ia tak putus asa. Nurul mempunyai jurus jitu dalam menghadapi tantangan yang ada di depan mata. "Setiap melangkah kita harus memiliki niat yang kuat dan harus ditekuni," kata Nurul menandaskan.
Ia juga mengungkapkan, dalam menjalankan segala kegiatan harus dilandasi dengan percaya diri dan semangat. Menurutnya, ia mendapat banyak pelajaran selama bekerja di restoran cepat saji CFC. Ia banyak mendapat ilmu dari rekan-rekannya yang berkerja di tempat tersebut, dari mulai menghargai hidup sampai pada pengelolaan restoran.
Pada saat bekerja sebagai cleaning service di CFC, Nurul memang tidak memikirkan jumlah pendapatan atau gaji yang ia terima. Ia hanya terus berpikir untuk bekerja sambil belajar apa saja yang didapatnya kala itu.
Karena keinginan yang kuat untuk hidup mandiri itu, Nurul memutuskan mencoba hidup mandiri dengan niat mendirikan usaha sendiri. "Orang tua pun mendukung sepenuhnya apa yang telah menjadi pilihan saya, hidup mandiri," papar Nurul.
Jiwa wirausaha tidak bisa dipisahkan dengan sosok Nurul Atik. Walau sudah berada pada posisi yang nyaman di sebuah restoran cepat saji, Nurul memutuskan membuka usaha dengan mereknya sendiri, Rocket Chicken. Cuma butuh waktu setahun, restoran yang menjual fried chicken ini sudah mengembang sampai 83 mitra.
Dengan gaji yang pas-pasan yang ia terima ketika menjadi cleaning service membuat Nurul Atik harus memutar otak agar ia bisa memenuhi kebutuhan saban bulannya. Tak jarang, ia harus meminjam uang dari rekan kerjanya di CFC. Ia juga kerap meminta tambahan uang ke orangtuanya.
Untuk menghemat biaya hidup, Nurul pun harus mencari tempat indekos yang jaraknya sekitar 5 kilometer dari tempatnya bekerja. Tak jarang dengan alasan pengiritan, ia memilih berjalan kaki sampai 1 kilometer. "Kalau sudah lelah, saya baru naik angkot," ujarnya mengenang.
Kamar indekos Nurul juga tak kalah memprihatinkan. Dengan luas 3 meter x 3 meter, kamar sewaan itu tak dilengkapi dengan kasur dan perabot lainnya. Kondisi seperti itu dilakoni Nurul lebih kurang selama lima bulan, sampai ia mendapat mes dari kantornya.
Buka usaha
Seiring karier yang terus menanjak serta kondisi ekonomi yang terus membaik, pada usia 29 tahun Nurul pun memutuskan menikah dengan Emy Setiawati, seorang karyawan di sebuah swalayan di Yogyakarta, yang baru dipacarinya dua bulan. "Saat itu, saya sudah menjadi manajer di CFC Yogya," ujar Nurul.
Meski begitu, gaji yang diterima Nurul tak mampu memenuhi kebutuhan selama satu bulan. Apalagi menyusul kemudian pasangan Nurul dan Emy dikaruniai momongan. Makanya, setelah melahirkan anak pertama mereka, Emy membantu perekonomian keluarga dengan membuka usaha roti.
Meski posisinya cukup baik di tempat kerjanya, keinginan Nurul untuk membuka usaha sendiri rupanya tak pernah padam. Puncaknya terjadi ketika krisis keuangan melanda Tanah Air tahun 1998, Nurul memutuskan keluar dan membuat usaha sendiri.
Nurul merasa waktu 10 tahun bekerja sudah cukup untuk berguru di restoran cepat saji Amerika Serikat itu. "Saya mantap keluar karena ingin mandiri," ujarnya.
Pada saat yang sama, seorang kawan mengajak Nurul membuat restoran makanan cepat saji yang mengusung ayam goreng (fried chicken). Ide tersebut muncul karena pada waktu itu membuka restoran cepat saji atau fast food menjadi tren di kalangan masyarakat.
Berbekal pengalamannya, Nurul mantap menerima ajakan temannya. Ia kemudian bertindak sebagai pengembang bisnis, sementara temannya mengurusi permodalan. Usaha keras mereka membawa hasil. Bisnis mereka cepat mengembang. Saat ini, Nurul telah memiliki 86 cabang.
Seiring berjalannya waktu, lelaki kelahiran Jepara, 25 Juni 1966, ini kembali merasa gelisah. Ia tergelitik mengibarkan bendera usaha dengan membuat restoran fried chicken sendiri. Kali ini dengan potensi pasar yang berbeda dengan usaha sebelumnya yang menyasar pasar menengah atas.
Pilihannya jatuh ke pasar menengah bawah. Selain pasarnya lebih besar, segmen tersebut juga belum tersentuh restoran fast food lokal maupun asing. Pada 21 Februari 2010, Nurul lantas mendirikan usaha sendiri dengan nama Rocket Chicken di Jalan Wolter Monginsidi, Semarang.
Perkembangan bisnisnya ini di luar perkiraan Nurul. Antusiasme masyarakat menyambut bisnis makanan cepat sajinya sangat cukup menggembirakan. Baru setahun berjalan, Nurul memiliki 83 mitra. Dengan sistem waralaba, Nurul mengembangkan bisnisnya tanpa mengeluarkan modal uang sepeser pun. "Semuanya hanya didasarkan pada kepercayaan," ujarnya.
Beruntung kebanyakan mitranya adalah orang-orang yang mengenal dan tahu sosok Nurul yang telah berpengalaman dalam bisnis ayam krispi ini. "Saya cuma jual nama saja, outlet awalnya tak punya," papar Nurul.
Bersama mitranya, ayah tiga anak ini hanya menekankan agar menjalankan bisnis dengan kerja keras, tekun, serta jujur. Bila itu menjadi landasan, Nurul yakin usaha mereka akan membawa amanah. Tak cuma bagi karyawan, tetapi juga pemilik usaha franchise ayam krispi Rocket Chicken. (Handoyo/Kontan)
Anda pasti pernah mendengar ungkapan "Orang yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil". Ungkapan ini mungkin cocok disematkan bagi seorang Nurul Atik. Pria asal Jepara ini menapaki kesuksesan dari jalan berliku.
Mantan cleaning service ini sekarang memiliki Rocket Chicken, perusahaan waralaba di bidang makanan cepat saji. Kini, ia memiliki 83 mitra di seluruh Indonesia. Ia mendapat pembayaran biaya royalti hingga Rp 100 juta dari para mitra.
Sebelum menjadi Presiden Direktur Rocket Chicken, Nurul bekerja sebagai seorang cleaning service di California Fried Chicken (CFC) di Semarang, Jawa Tengah. Dari seorang tukang bersih-bersih resto cepat saji, kini dia menjadi bos resto cepat saji milik sendiri.
Kisah Nurul dalam menapaki dunia kerja berawal ketika ia lulus dari sekolah menengah atas, 20 tahun lalu. Lantaran ingin meringankan beban orang tua, Nurul pun berencana melanjutkan kuliah dengan biaya sendiri.
Sempat menganggur selama setahun mencari pekerjaan, Nurul akhirnya diterima bekerja di CFC di Jalan Pemuda, Semarang. Nurul bekerja sesuai dengan profesi yang dibutuhkan pada saat itu, yakni sebagai cleaning service alias tukang bersih-bersih, di restoran cepat saji tersebut.
Selama tiga bulan, Nurul menjadi karyawan dengan status trainee. Gaji pertama Nurul sebagai cleaning service pada saat itu hanya Rp 35.000 per bulan. Ia harus membagi gaji itu untuk kebutuhan makan, indekos, dan biaya transportasi. Dengan jumlah gaji yang pas-pasan tersebut, sering ia harus berutang pada rekan-rekannya di CFC.
Karena kinerjanya yang bagus, ia kemudian diangkat menjadi pegawai tetap. Selang tiga bulan berjalan, akhirnya Nurul diangkat menjadi tukang cuci piring selama empat bulan.
Ia cepat bergeser ke posisi juru masak selama empat bulan. Karena kinerjanya semakin hari semakin baik, Nurul diangkat lagi menjadi kasir selama enam bulan. Tak hanya sampai di situ, Nurul lalu naik pangkat menjadi seorang supervisor selama satu tahun.
Nurul juga mengecap posisi sebagai asisten manajer selama dua tahun di perusahaan yang sama. Karena kekosongan di bagian audit, Nurul kemudian menggantikan posisi tersebut selama tiga bulan. Tak memerlukan waktu yang lama, pria yang kini berusia 42 tahun ini mengecap posisi manajer areal selama dua tahun.
Posisi manajer areal mengharuskan Nurul berkeliling dari kota satu ke kota yang lain untuk memberikan pelatihan kepada karyawan-karyawan baru mulai dari berbagai kota di Jawa Tengah seperti Semarang, Magelang, dan Solo, hingga Yogyakarta.
Dengan kesibukannya bekerja di restoran cepat saji tersebut, Nurul mengubur dalam-dalam impiannya untuk melanjutkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. "Pada saat menjadi cleaning service ternyata jam kerjanya sif sehingga saya tidak bisa membagi waktu antara kerja dan keinginan untuk kuliah," tutur Nurul.
Namun, ia tak putus asa. Nurul mempunyai jurus jitu dalam menghadapi tantangan yang ada di depan mata. "Setiap melangkah kita harus memiliki niat yang kuat dan harus ditekuni," kata Nurul menandaskan.
Ia juga mengungkapkan, dalam menjalankan segala kegiatan harus dilandasi dengan percaya diri dan semangat. Menurutnya, ia mendapat banyak pelajaran selama bekerja di restoran cepat saji CFC. Ia banyak mendapat ilmu dari rekan-rekannya yang berkerja di tempat tersebut, dari mulai menghargai hidup sampai pada pengelolaan restoran.
Pada saat bekerja sebagai cleaning service di CFC, Nurul memang tidak memikirkan jumlah pendapatan atau gaji yang ia terima. Ia hanya terus berpikir untuk bekerja sambil belajar apa saja yang didapatnya kala itu.
Karena keinginan yang kuat untuk hidup mandiri itu, Nurul memutuskan mencoba hidup mandiri dengan niat mendirikan usaha sendiri. "Orang tua pun mendukung sepenuhnya apa yang telah menjadi pilihan saya, hidup mandiri," papar Nurul.
Jiwa wirausaha tidak bisa dipisahkan dengan sosok Nurul Atik. Walau sudah berada pada posisi yang nyaman di sebuah restoran cepat saji, Nurul memutuskan membuka usaha dengan mereknya sendiri, Rocket Chicken. Cuma butuh waktu setahun, restoran yang menjual fried chicken ini sudah mengembang sampai 83 mitra.
Dengan gaji yang pas-pasan yang ia terima ketika menjadi cleaning service membuat Nurul Atik harus memutar otak agar ia bisa memenuhi kebutuhan saban bulannya. Tak jarang, ia harus meminjam uang dari rekan kerjanya di CFC. Ia juga kerap meminta tambahan uang ke orangtuanya.
Untuk menghemat biaya hidup, Nurul pun harus mencari tempat indekos yang jaraknya sekitar 5 kilometer dari tempatnya bekerja. Tak jarang dengan alasan pengiritan, ia memilih berjalan kaki sampai 1 kilometer. "Kalau sudah lelah, saya baru naik angkot," ujarnya mengenang.
Kamar indekos Nurul juga tak kalah memprihatinkan. Dengan luas 3 meter x 3 meter, kamar sewaan itu tak dilengkapi dengan kasur dan perabot lainnya. Kondisi seperti itu dilakoni Nurul lebih kurang selama lima bulan, sampai ia mendapat mes dari kantornya.
Buka usaha
Seiring karier yang terus menanjak serta kondisi ekonomi yang terus membaik, pada usia 29 tahun Nurul pun memutuskan menikah dengan Emy Setiawati, seorang karyawan di sebuah swalayan di Yogyakarta, yang baru dipacarinya dua bulan. "Saat itu, saya sudah menjadi manajer di CFC Yogya," ujar Nurul.
Meski begitu, gaji yang diterima Nurul tak mampu memenuhi kebutuhan selama satu bulan. Apalagi menyusul kemudian pasangan Nurul dan Emy dikaruniai momongan. Makanya, setelah melahirkan anak pertama mereka, Emy membantu perekonomian keluarga dengan membuka usaha roti.
Meski posisinya cukup baik di tempat kerjanya, keinginan Nurul untuk membuka usaha sendiri rupanya tak pernah padam. Puncaknya terjadi ketika krisis keuangan melanda Tanah Air tahun 1998, Nurul memutuskan keluar dan membuat usaha sendiri.
Nurul merasa waktu 10 tahun bekerja sudah cukup untuk berguru di restoran cepat saji Amerika Serikat itu. "Saya mantap keluar karena ingin mandiri," ujarnya.
Pada saat yang sama, seorang kawan mengajak Nurul membuat restoran makanan cepat saji yang mengusung ayam goreng (fried chicken). Ide tersebut muncul karena pada waktu itu membuka restoran cepat saji atau fast food menjadi tren di kalangan masyarakat.
Berbekal pengalamannya, Nurul mantap menerima ajakan temannya. Ia kemudian bertindak sebagai pengembang bisnis, sementara temannya mengurusi permodalan. Usaha keras mereka membawa hasil. Bisnis mereka cepat mengembang. Saat ini, Nurul telah memiliki 86 cabang.
Seiring berjalannya waktu, lelaki kelahiran Jepara, 25 Juni 1966, ini kembali merasa gelisah. Ia tergelitik mengibarkan bendera usaha dengan membuat restoran fried chicken sendiri. Kali ini dengan potensi pasar yang berbeda dengan usaha sebelumnya yang menyasar pasar menengah atas.
Pilihannya jatuh ke pasar menengah bawah. Selain pasarnya lebih besar, segmen tersebut juga belum tersentuh restoran fast food lokal maupun asing. Pada 21 Februari 2010, Nurul lantas mendirikan usaha sendiri dengan nama Rocket Chicken di Jalan Wolter Monginsidi, Semarang.
Perkembangan bisnisnya ini di luar perkiraan Nurul. Antusiasme masyarakat menyambut bisnis makanan cepat sajinya sangat cukup menggembirakan. Baru setahun berjalan, Nurul memiliki 83 mitra. Dengan sistem waralaba, Nurul mengembangkan bisnisnya tanpa mengeluarkan modal uang sepeser pun. "Semuanya hanya didasarkan pada kepercayaan," ujarnya.
Beruntung kebanyakan mitranya adalah orang-orang yang mengenal dan tahu sosok Nurul yang telah berpengalaman dalam bisnis ayam krispi ini. "Saya cuma jual nama saja, outlet awalnya tak punya," papar Nurul.
Bersama mitranya, ayah tiga anak ini hanya menekankan agar menjalankan bisnis dengan kerja keras, tekun, serta jujur. Bila itu menjadi landasan, Nurul yakin usaha mereka akan membawa amanah. Tak cuma bagi karyawan, tetapi juga pemilik usaha franchise ayam krispi Rocket Chicken. (Handoyo/Kontan)
Tuesday, March 22, 2011
Logo Baru Google Chrome Lebih Sederhana
Setelah menggunakannya selama dua tahun terakhir, Google memutuskan untuk mengganti logo dan ikon Chrome. Bentuk dan warna dasarnya sama, tetapi logo baru lebih sederhana ketimbang yang lama.
Kalau logo yang lama membentuk bola tiga dimensi, logo penggantinya lebih terkesan abstrak dengan warna pastel. Tidak lagi seperti bola, desainnya seperti donat warna merah, hijau, dan kuning yang mengelilingi sebuah lingkaran warna biru.
"Ikon yang lebih sederhana mencerminkan semangat Chrome untuk membuat web lebih cepat, ringan, dan mudah digunakan siapa saja," demikian tulis Steve Rura, desainer Chrome di halaman blog Chrome. Ia mengatakan, perubahan logo tersebut juga semakin memperkuat gambaran Chrome yang ingin menyajikan tampilan web menjadi rapi.
Logo sederhana tersebut bukan baru kali ini muncul. Para penggemar Google Chrome yang kesulitan menggambar ikon dalam bentuk tiga dimensi sudah sering menggambarnya dalam bentuk logo yang baru dalam bentuk dua dimensi. Sebelum Google memutuskan logo baru, juga dilakukan kontes rekonstruksi logo dengan bermacam cara yang disebut Google Chrome Icon Project. Perubahan ini bakal memudahkan Google untuk konsisten menggambarkan logo Chrome di berbagai media.
Para pengguna browser Chrome dalam waktu dekat akan melihat logo baru di software yang digunakannya. Namun, Google masih menunggu proses pembenahan versi beta dalam beberapa minggu ke depan.
Kalau logo yang lama membentuk bola tiga dimensi, logo penggantinya lebih terkesan abstrak dengan warna pastel. Tidak lagi seperti bola, desainnya seperti donat warna merah, hijau, dan kuning yang mengelilingi sebuah lingkaran warna biru.
"Ikon yang lebih sederhana mencerminkan semangat Chrome untuk membuat web lebih cepat, ringan, dan mudah digunakan siapa saja," demikian tulis Steve Rura, desainer Chrome di halaman blog Chrome. Ia mengatakan, perubahan logo tersebut juga semakin memperkuat gambaran Chrome yang ingin menyajikan tampilan web menjadi rapi.
Logo sederhana tersebut bukan baru kali ini muncul. Para penggemar Google Chrome yang kesulitan menggambar ikon dalam bentuk tiga dimensi sudah sering menggambarnya dalam bentuk logo yang baru dalam bentuk dua dimensi. Sebelum Google memutuskan logo baru, juga dilakukan kontes rekonstruksi logo dengan bermacam cara yang disebut Google Chrome Icon Project. Perubahan ini bakal memudahkan Google untuk konsisten menggambarkan logo Chrome di berbagai media.
Para pengguna browser Chrome dalam waktu dekat akan melihat logo baru di software yang digunakannya. Namun, Google masih menunggu proses pembenahan versi beta dalam beberapa minggu ke depan.
Firefox 4 Akhirnya Dirilis
Setelah ditunggu-tunggu sejak versi beta tahun lalu, versi final browser Firefox 4 akhirnya resmi dirilis Mozilla, Selasa (22/3/2011). Browser teranyar ini digadang-gadang akan menyediakan pengalaman mengakses web lebih cepat, nyaman, dan mudah menyesuaikan kebutuhan 400 juta pengguna browser Mozilla di seluruh dunia saat ini.
"Firefox menempatkan pengguna sebagai pengendali penuh pengalaman di web, menyediakan tampilan yang rapi, fitur-fitur baru yang menyenangkan, kecepatan jauh meningkat, dan mendukung teknologi-teknologi web modern," tulis tim Mozilla di situsnya.
Perubahan yang paling kentara adalah dalam hal tampilan. Seperti yang dilakukan pengembang browser lainnya, tampilannya lebih bersih dengan menu ringkas. Halaman web menjadi pusat sorotan di tengah. Tersedia fitur App Tabs, tempat alamat situs web yang paling sering dikunjungi. Terdapat pula fitur Panorama untuk mengumpulkan banyak tab menjadi satu kategori agar tampilan tetap nyaman saat membuka banyak tab.
Namun, pengguna tetap diberi kebebasan melakukan penataan tampilan browser dengan tersedianya fitur Persona. Ekstensi dan add on yang menjadi andalan Firefox sejak awal memperkaya fitur browser yang dapat dipilih secara personal.
Kecepatan akses web dengan Firefox 4 diklaim enam kali lipat dibanding versi sebelumnya, Firefox 3.6. Dikombinasikan dengan dukungan terhadap fitur grafis berbasis hardware pada komputer masa kini, browser ini juga mendukung akses ke konten multimedia yang kaya. Browser ini juga sudah mendukung penuh teknologi HTML5, video HD (WebM), dan grafis 3D.
Kali ini, pengguna juga lebih nyaman karena crash di salah satu halaman tidak berpengaruh dengan halaman lainnya. Saat tiba-tiba halaman yang tengah dibuka crash karena konten Flash, QuickTime, atau Silverlight tidak bekerja sempurna, halaman lain tetap bisa diakses.
Firefox 4 tersedia untuk pengguna komputer berbasis Windows, Linux, maupun Mac OS X dan tersedia dalam 80 bahasa pengantar. Dalam waktu dekat, Firefox 4 juga akan tersedia dalam versi mobile untuk smartphone dan perangkat berbasis Android dan Maemo. Saat ini Firefox 4 Mobile baru tersedia dalam versi Release Candidate (RC). Firefox 4 dapat diunduh secara cuma-cuma di http://www.mozilla.com/en-US/firefox/fx/
"Firefox menempatkan pengguna sebagai pengendali penuh pengalaman di web, menyediakan tampilan yang rapi, fitur-fitur baru yang menyenangkan, kecepatan jauh meningkat, dan mendukung teknologi-teknologi web modern," tulis tim Mozilla di situsnya.
Perubahan yang paling kentara adalah dalam hal tampilan. Seperti yang dilakukan pengembang browser lainnya, tampilannya lebih bersih dengan menu ringkas. Halaman web menjadi pusat sorotan di tengah. Tersedia fitur App Tabs, tempat alamat situs web yang paling sering dikunjungi. Terdapat pula fitur Panorama untuk mengumpulkan banyak tab menjadi satu kategori agar tampilan tetap nyaman saat membuka banyak tab.
Namun, pengguna tetap diberi kebebasan melakukan penataan tampilan browser dengan tersedianya fitur Persona. Ekstensi dan add on yang menjadi andalan Firefox sejak awal memperkaya fitur browser yang dapat dipilih secara personal.
Kecepatan akses web dengan Firefox 4 diklaim enam kali lipat dibanding versi sebelumnya, Firefox 3.6. Dikombinasikan dengan dukungan terhadap fitur grafis berbasis hardware pada komputer masa kini, browser ini juga mendukung akses ke konten multimedia yang kaya. Browser ini juga sudah mendukung penuh teknologi HTML5, video HD (WebM), dan grafis 3D.
Kali ini, pengguna juga lebih nyaman karena crash di salah satu halaman tidak berpengaruh dengan halaman lainnya. Saat tiba-tiba halaman yang tengah dibuka crash karena konten Flash, QuickTime, atau Silverlight tidak bekerja sempurna, halaman lain tetap bisa diakses.
Firefox 4 tersedia untuk pengguna komputer berbasis Windows, Linux, maupun Mac OS X dan tersedia dalam 80 bahasa pengantar. Dalam waktu dekat, Firefox 4 juga akan tersedia dalam versi mobile untuk smartphone dan perangkat berbasis Android dan Maemo. Saat ini Firefox 4 Mobile baru tersedia dalam versi Release Candidate (RC). Firefox 4 dapat diunduh secara cuma-cuma di http://www.mozilla.com/en-US/firefox/fx/
Dijual Suzuki Aerio 2005 Fuul Modif
Dijual Suzuki Aerio 2005 Warna Silver
Dijual Suzuki Aerio 2005 Warna Putih
Dijual Suzuki Aerio 2005 Warna Merah Maroon
Dijual Suzuki Aerio 2005 Warna Hitam Metalik
Membuat Karyawan Lebih Peduli
Far and away the best prize that life has to offer is the chance to work hard at work worth doing. - Theodore Roosevelt
Kompetisi global, kemajuan teknologi, kondisi ekonomi yang tidak menentu, ketidakpastian dan ketiadaan jaminan dalam bekerja adalah gambaran dunia kerja saat ini. Masa-masa bekerja delapan jam sehari, lima hari seminggu sudah berlalu. Sebagian besar karyawan saat ini bekerja lebih dari delapan jam sehari dan menggunakan waktu libur mereka untuk bekerja.
Karyawan akhirnya merasa jemu, putus asa dan frustasi dalam menjalani pekerjaannya. Akibatnya, banyak organisasi memiliki tingkat kepuasan yang rendah dari karyawannya. Perusahaan yang bertekad untuk bertumbuh pesat dihadapkan dengan tantangan besar: apa rahasia untuk menciptakan semangat kerja dan mendorong produktivitas karyawan?
Dave Ulrich dan istrinya, Wendy Ulrich mencoba untuk menjawab pertanyaan di atas dengan menulis buku The Why of Work. Bagi praktisi Manajemen dan SDM, Dave Ulrich bukan lagi nama baru. Dave Ulrich yang digelari ‘The Number 1 Management Guru’ oleh majalah BusinessWeek adalah profesor dari Ross School of Business (University of Michigan) dan penulis puluhan buku manajemen dan SDM. Salah satu karangan beliau adalah HR Champion, kitab pegangan bagi praktisi SDM dunia dalam merestrukturisasi peran SDM menjadi mitra strategis bagi bisnis.
Bersama istrinya, Wendy Ulrich yang berprofesi sebagai psikolog, keduanya menulis buku ini dengan maksud memberikan jawaban atas pertanyaan bagaimana pemimpin organisasi menciptakan rasa berkelimpahan (makna, tujuan, harapan dan kesenangan) bagi diri sendiri dan orang lain yang tidak hanya memberikan kepuasan melalui penciptaan ‘makna kerja’ bagi karyawan tapi juga memberikan nilai bagi pelanggan, investor dan komunitas.
Buku ini diawali dengan penjelasan mengenai pemberian makna dalam bekerja yang mempengaruhi dua sisi. Sisi yang pertama, terkait dengan pencarian makna hidup merupakan bagian dari setiap manusia. Pemberian makna dapat membuat seseorang merasakan pemenuhan akan hidupnya, menerima kondisi apapun atau memiliki keberanian dalam menghadapi segala situasi. Memberi makna dalam bekerja akan memberikan makna hidup bagi karyawan.
Sisi lainnya, makna memiliki ‘market value’. Karyawan yang memiliki makna dalam pekerjaannya akan merasa lebih puas, lebih terikat sehingga menjadi lebih produktif. Organisasi yang memiliki makna dari dua sisi tersebut merupakan organisasi yang berkelimpahan (abundant organization).
Organisasi yang berkelimpahan dijabarkan sebagai suatu kondisi kerja dimana individu-individu di dalamnya mengkordinasikan aspirasi dan tindakan mereka untuk menciptakan makna bagi diri mereka sendiri, nilai bagi para stakeholder dan harapan bagi kemanusiaan yang seutuhnya. Organisasi tersebut merupakan organisasi sukses yang berfokus pada kesempatan dan sinergi, bukan pada kekhawatiran menghadapi persaingan dan keterbatasan yang dimiliki.
Karyawan pada organisasi tersebut akan lebih peduli terhadap pekerjaannya. Mereka meningkatkan kompetensi yang mereka miliki, bekerja lebih keras dan lebih produktif, bertahan lebih lama dan lebih positif dalam menjalani pekerjaannya. Hasilnya adalah komitmen pelanggan yang tinggi sehingga mendorong pencapaian organisasi yang lebih baik.
Pemberian makna dalam bekerja menjadi hal penting karena dapat menjadi intangible asset dan kapabilitas yang memberikan keyakinan kepada para investor akan keberhasilan organisasi di masa depan. Proses penciptaan organisasi yang berkelimpahan (abundant organization) memerlukan peran pemimpin.
Buku ini menjabarkan tentang survei yang dilakukan oleh The Great of Place To Work Institute yang menunjukkan dampak yang diberikan dari penerapan The Why of Work oleh para pemimpin terhadap kesuksesan organisasi.
Setiap tahun, organisasi-organisasi yang tercantum dalam daftar Best companies to Work For dari tahun 1998 sampai 2008 memperoleh pengembalian investasi sebesar enam kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pengembalian organisasi dalam daftar Standar & Poor’s 500.
Nordstrom, salah satu organisasi yang selama 25 tahun terakhir selalu berada di peringkat atas, memiliki reputasi dalam hal pelayanan pelanggan yang luar biasa. Organisasi ini mempekerjakan karyawan yang memiliki antusiasme tinggi dalam mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Pemimpin organisasi ini dengan caranya tersendiri berusaha mengubah makna bekerja karyawan menjadi kelimpahan bagi organisasi.
Pemberian makna bagi karyawan dapat dilakukan oleh pemimpin organisasi dengan mengaitkan pekerjaan mereka dengan kondisi realita yang dihadapi oleh organisasi. Ketika organisasi menghadapi krisis, karyawan umumnya menjadi gelisah. Mereka berusaha menghindari pemotongan anggaran dan memposisikan peran mereka lebih penting ketimbang yang lainnya.
Namun, ketika pemimpin pada salah satu perusahaan teknologi memberikan penjelasan kepada karyawan bahwa setiap penghematan sebesar 50.000 dollar aS dapat menyelamatkan satu posisi pekerjaan, karyawan menjadi lebih antusias menghadapi pemotongan biaya. Hasilnya, karyawan bersikap koperatif, konstruktif dan memiliki engagement yang tinggi terhadap perusahaan. Mereka memahami dengan jelas bahwa penghematan yang dilakukan tidak hanya untuk mencapai tujuan organisasi tapi juga menyelamatkan pekerjaan bagi rekan kerja mereka. Pemimpin yang memahami pentingnya ‘why’ atau pemberian makna bekerja akan mencari ‘how’ atau bagaimana cara mewujudkannya.
Buku ini mengajukan tujuh pertanyaan yang harus diajukan oleh setiap pemimpin organisasi dalam menciptakan kelimpahan di organisasinya. Ketujuh pertanyaan ‘pendorong kelimpahan’ ini akan memberikan tujuh dampak positif bagi organisasi dan individu didalamnya: kejelasan akan kekuatan yang menjadi identitas organisasi; pemahaman mengenai tujuan organisasi yang menjadi dasar motivasi; pengelolaan kompleksitas kerja melalui kerjasama tim; perubahan individualisme karyawan menjadi kondisi lingkungan kerja yang positif; identifikasi dan tindakan menghadapi tantangan yang memberikan engagement bagi karyawan; pertumbuhan melalui perubahan dengan belajar dan menjadi tangguh; serta terciptanya sumber-sumber penghargaan pada aktivitas sehari – hari.
Buku ini mengikuti gaya penulisan Dave Ulrich dalam buku-buku sebelumnya yang menyajikan kerangka berpikir yang refreshing disertai dengan alat-alat praktis untuk penerapan. Setiap bab dilengkapi dengan framework, survey form atau assessment yang dapat langsung diaplikasikan. Buku ini juga didukung oleh hasil riset serta dilengkapi dengan kasus – kasus relevan serta cerita – cerita yang menarik untuk disimak.
The Why of Work ditutup dengan ulasan mengenai keterkaitan antara tujuh prinsip dari organisasi yang berkelimpahan tersebut dengan para pemimpin organisasi, profesional SDM dan individu. Buku ini akan membantu setiap pemimpin organisasi untuk dapat memberikan makna bekerja bagi karyawannya dalam menciptakan organisasi yang berkelimpahan. (Rina M. Tarigan, Management Consultant PT. GML Performance Consulting)
----------------------------------------------------------------
Ikuti A New Vision of Human Resources in Value Creation for Investors, Customers, and Employee Engagement bersama Dave Ulrich
Kompetisi global, kemajuan teknologi, kondisi ekonomi yang tidak menentu, ketidakpastian dan ketiadaan jaminan dalam bekerja adalah gambaran dunia kerja saat ini. Masa-masa bekerja delapan jam sehari, lima hari seminggu sudah berlalu. Sebagian besar karyawan saat ini bekerja lebih dari delapan jam sehari dan menggunakan waktu libur mereka untuk bekerja.
Karyawan akhirnya merasa jemu, putus asa dan frustasi dalam menjalani pekerjaannya. Akibatnya, banyak organisasi memiliki tingkat kepuasan yang rendah dari karyawannya. Perusahaan yang bertekad untuk bertumbuh pesat dihadapkan dengan tantangan besar: apa rahasia untuk menciptakan semangat kerja dan mendorong produktivitas karyawan?
Dave Ulrich dan istrinya, Wendy Ulrich mencoba untuk menjawab pertanyaan di atas dengan menulis buku The Why of Work. Bagi praktisi Manajemen dan SDM, Dave Ulrich bukan lagi nama baru. Dave Ulrich yang digelari ‘The Number 1 Management Guru’ oleh majalah BusinessWeek adalah profesor dari Ross School of Business (University of Michigan) dan penulis puluhan buku manajemen dan SDM. Salah satu karangan beliau adalah HR Champion, kitab pegangan bagi praktisi SDM dunia dalam merestrukturisasi peran SDM menjadi mitra strategis bagi bisnis.
Bersama istrinya, Wendy Ulrich yang berprofesi sebagai psikolog, keduanya menulis buku ini dengan maksud memberikan jawaban atas pertanyaan bagaimana pemimpin organisasi menciptakan rasa berkelimpahan (makna, tujuan, harapan dan kesenangan) bagi diri sendiri dan orang lain yang tidak hanya memberikan kepuasan melalui penciptaan ‘makna kerja’ bagi karyawan tapi juga memberikan nilai bagi pelanggan, investor dan komunitas.
Pemimpin yang memahami pentingnya why atau pemberian makna bekerja akan mencari how atau bagaimana cara mewujudkannya.
Sisi lainnya, makna memiliki ‘market value’. Karyawan yang memiliki makna dalam pekerjaannya akan merasa lebih puas, lebih terikat sehingga menjadi lebih produktif. Organisasi yang memiliki makna dari dua sisi tersebut merupakan organisasi yang berkelimpahan (abundant organization).
Organisasi yang berkelimpahan dijabarkan sebagai suatu kondisi kerja dimana individu-individu di dalamnya mengkordinasikan aspirasi dan tindakan mereka untuk menciptakan makna bagi diri mereka sendiri, nilai bagi para stakeholder dan harapan bagi kemanusiaan yang seutuhnya. Organisasi tersebut merupakan organisasi sukses yang berfokus pada kesempatan dan sinergi, bukan pada kekhawatiran menghadapi persaingan dan keterbatasan yang dimiliki.
Karyawan pada organisasi tersebut akan lebih peduli terhadap pekerjaannya. Mereka meningkatkan kompetensi yang mereka miliki, bekerja lebih keras dan lebih produktif, bertahan lebih lama dan lebih positif dalam menjalani pekerjaannya. Hasilnya adalah komitmen pelanggan yang tinggi sehingga mendorong pencapaian organisasi yang lebih baik.
Pemberian makna dalam bekerja menjadi hal penting karena dapat menjadi intangible asset dan kapabilitas yang memberikan keyakinan kepada para investor akan keberhasilan organisasi di masa depan. Proses penciptaan organisasi yang berkelimpahan (abundant organization) memerlukan peran pemimpin.
Buku ini menjabarkan tentang survei yang dilakukan oleh The Great of Place To Work Institute yang menunjukkan dampak yang diberikan dari penerapan The Why of Work oleh para pemimpin terhadap kesuksesan organisasi.
Setiap tahun, organisasi-organisasi yang tercantum dalam daftar Best companies to Work For dari tahun 1998 sampai 2008 memperoleh pengembalian investasi sebesar enam kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pengembalian organisasi dalam daftar Standar & Poor’s 500.
Nordstrom, salah satu organisasi yang selama 25 tahun terakhir selalu berada di peringkat atas, memiliki reputasi dalam hal pelayanan pelanggan yang luar biasa. Organisasi ini mempekerjakan karyawan yang memiliki antusiasme tinggi dalam mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Pemimpin organisasi ini dengan caranya tersendiri berusaha mengubah makna bekerja karyawan menjadi kelimpahan bagi organisasi.
Pemberian makna bagi karyawan dapat dilakukan oleh pemimpin organisasi dengan mengaitkan pekerjaan mereka dengan kondisi realita yang dihadapi oleh organisasi. Ketika organisasi menghadapi krisis, karyawan umumnya menjadi gelisah. Mereka berusaha menghindari pemotongan anggaran dan memposisikan peran mereka lebih penting ketimbang yang lainnya.
Namun, ketika pemimpin pada salah satu perusahaan teknologi memberikan penjelasan kepada karyawan bahwa setiap penghematan sebesar 50.000 dollar aS dapat menyelamatkan satu posisi pekerjaan, karyawan menjadi lebih antusias menghadapi pemotongan biaya. Hasilnya, karyawan bersikap koperatif, konstruktif dan memiliki engagement yang tinggi terhadap perusahaan. Mereka memahami dengan jelas bahwa penghematan yang dilakukan tidak hanya untuk mencapai tujuan organisasi tapi juga menyelamatkan pekerjaan bagi rekan kerja mereka. Pemimpin yang memahami pentingnya ‘why’ atau pemberian makna bekerja akan mencari ‘how’ atau bagaimana cara mewujudkannya.
Buku ini mengajukan tujuh pertanyaan yang harus diajukan oleh setiap pemimpin organisasi dalam menciptakan kelimpahan di organisasinya. Ketujuh pertanyaan ‘pendorong kelimpahan’ ini akan memberikan tujuh dampak positif bagi organisasi dan individu didalamnya: kejelasan akan kekuatan yang menjadi identitas organisasi; pemahaman mengenai tujuan organisasi yang menjadi dasar motivasi; pengelolaan kompleksitas kerja melalui kerjasama tim; perubahan individualisme karyawan menjadi kondisi lingkungan kerja yang positif; identifikasi dan tindakan menghadapi tantangan yang memberikan engagement bagi karyawan; pertumbuhan melalui perubahan dengan belajar dan menjadi tangguh; serta terciptanya sumber-sumber penghargaan pada aktivitas sehari – hari.
Buku ini mengikuti gaya penulisan Dave Ulrich dalam buku-buku sebelumnya yang menyajikan kerangka berpikir yang refreshing disertai dengan alat-alat praktis untuk penerapan. Setiap bab dilengkapi dengan framework, survey form atau assessment yang dapat langsung diaplikasikan. Buku ini juga didukung oleh hasil riset serta dilengkapi dengan kasus – kasus relevan serta cerita – cerita yang menarik untuk disimak.
The Why of Work ditutup dengan ulasan mengenai keterkaitan antara tujuh prinsip dari organisasi yang berkelimpahan tersebut dengan para pemimpin organisasi, profesional SDM dan individu. Buku ini akan membantu setiap pemimpin organisasi untuk dapat memberikan makna bekerja bagi karyawannya dalam menciptakan organisasi yang berkelimpahan. (Rina M. Tarigan, Management Consultant PT. GML Performance Consulting)
----------------------------------------------------------------
Ikuti A New Vision of Human Resources in Value Creation for Investors, Customers, and Employee Engagement bersama Dave Ulrich
Manusia adalah Aset yang Paling Penting
“If you want one year of prosperity, grow grain. If you want ten years of prosperity, grow trees. If you want one hundred years of prosperity, grow people” (Chinese proverb)
Kalau lomba kalimat ter-klise dilakukan, berikut ini adalah calon pemenangnya: “Yang tidak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri,” dan ini favorit saya, “Manusia kita adalah aset yang paling penting bagi perusahaan.” Pernyataan klise selalu diyakini benar, tapi penerapannya sering terabaikan.
Sebuah perusahaan tekstil yang telah go public pernah menuliskan kalimat “manusia kita adalah…” di dalam laporan tahunannya, meskipun hampir tidak pernah berinvestasi dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
Dampak positif dari pengelolaan SDM pada pertumbuhan bisnis sudah tidak terbantahkan. Seorang direktur utama dan pemilik sebuat perusahaan ritel terkemuka di Indonesia yang telah bertumbuh hampir sepuluh kali lipat dalam waktu delapan tahun terakhir menyatakan, bahwa saat ini faktor penentu dan juga penghambat paling utama untuk bertumbuh adalah manusia.
Dalam buku HR Scorecard (2001) karangan Profesor Dave Ulrich, seorang guru manajemen dari University of Michigan, memaparkan fakta hasil riset yang menunjukkan bahwa, secara rata-rata, perusahaan-perusahaan yang memiliki praktek SDM yang baik memiliki penjualan per karyawan empat kali lebih tinggi dan market-to-book value tiga kali lebih besar dari perusahaan-perusahaan yang kurang profesional dalam pengelolaan SDM.
Pengelolaan SDM secara profesional bukanlah tanggung jawab bagian atau divisi SDM semata-mata, tapi merupakan tanggung jawab CEO, Directors, dan semua lini maupun bagian dalam perusahaan. Dalam buku HR Champions (1996) dan HR Value Proposition (2005) yang merupakan kitab pegangan bagi praktisi SDM di seluruh dunia hari ini, Dave Ulrich membagi peran pengelolaan SDM menjadi beberapa bagian.
Studi terhadap ratusan perusahaan best practice menunjukkan bahwa peran Employee Champion untuk mendorong karyawan agar termotivasi dan memiliki kompetensi untuk bekerja dengan produktif sehari-hari justru merupakan tanggung jawab dari atasan yang bersangkutan, bukan semata-mata peran divisi SDM.
Konsep HR Champions telah menginspirasi berbagai perusahaan di Indonesia dalam mengelola SDM-nya. Saran dari Dave Ulrich agar divisi SDM bergerak dari ahli di bidang administrasi (Administrative Expert) dan bergerak menjadi Strategic Partner telah mendorong berbagai restrukturisasi.
Sebuah perusahaan consumer goods meng-outsource pembayaran gajinya untuk menciptakan waktu lebih banyak bagi divisi SDM untuk berpikir dan melakukan aktivitas yang lebih strategis. Sebuah bank membentuk divisi Organization Development untuk menjalankan peran Strategic Partner (seperti komunikasi visi misi dan nilai budaya perusahaan atau restrukturisasi organisasi sesuai perubahan strategi perusahaan). Pada dasarnya, divisi SDM diminta untuk melihat satuan kerja bisnis dan operasi sebagai ‘pelanggan’ SDM.
Namun evolusi pengelolaan SDM belum berakhir. Beberapa bulan lalu, Dave Ulrich meminta saya me-review draft artikel beliau yang belum dipublikasikan (dan akan menjadi topik seminar kunjungan beliau ke Indonesia di bulan April mendatang).
Pemikiran terbaru dalam artikel ini sangat provokatif dan akan mengubah tren SDM di masa depan. Tidak lagi sekedar menjadi Strategic Partner bagi satuan kerja bisnis internal di dalam perusahaan, di masa depan, divisi SDM harus menganalisa konteks lingkungan eksternal dimana organisasi berada. Dan SDM harus mampu menciptakan nilai bagi stakeholder eksternal perusahaan: pelanggan, masyarakat, dan pemegang saham.
Perubahan lingkungan teknologi, misalnya, dapat merubah strategi rekrutmen SDM dari yang berorientasi print-media menuju on-line dan network media. Kemajuan teknologi juga dapat mendorong penerapan flexi-hours dalam bekerja. Tren green dapat mendorong SDM menerapkan kebijakan yang mengurangi jejak karbon. Dengan kata lain, analisa STEPED (Social, Technology, Economy, Political, Environment, dan Demography) tidak lagi hanya menjadi domain unit bisnis, tetapi juga tanggung jawab divisi SDM.
Secara proaktif, pengelolaan SDM perlu beradaptasi dengan faktor eksternal organisasi sehingga menjadi salah satu keunggulan kompetisi dalam memberi nilai tambah langsung kepada stakeholder eksternal.
Pelanggan eksternal dapat dilibatkan dalam penentuan kriteria kompetensi talent yang akan direkrut, bahkan juga dilibatkan dalam memberi pelatihan kepada karyawan. Dengan inisiatif divisi SDM, sebuah perusahaan produsen mainan anak-anak melibatkan karyawannya beserta keluarga berkunjung ke sekolah-sekolah di sekitar lingkungan perusahaan untuk mengecat dan merenovasi ruang kelas belajar. Karyawan yang dilibatkan merasakan adanya work-life balance, hubungan dengan masyarakat sekitar menjadi lebih baik, dan reputasi perusahaan menjadi lebih positif.
Untuk berhasil menjalankan peran SDM yang baru ini, organisasi perlu memiliki sistem pengelolaan SDM yang mengembangkan individu, organisasi, dan kepemimpinan. Terasa beratkah? Keunggulan kompetisi yang berkesinambungan adalah keunggulan yang susah ditiru. Salah satunya adalah dengan menerapkan sistem pengelolaan SDM yang terus berevolusi. Memang benar, yang tidak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri! (Suwardi Luis, CEO dari PT GML Performance Consulting)
-------------------------------------------------------
Ikuti A New Vision of Human Resources in Value Creation for Investors, Customers, and Employee Engagement bersama Dave Ulrich
Kalau lomba kalimat ter-klise dilakukan, berikut ini adalah calon pemenangnya: “Yang tidak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri,” dan ini favorit saya, “Manusia kita adalah aset yang paling penting bagi perusahaan.” Pernyataan klise selalu diyakini benar, tapi penerapannya sering terabaikan.
Sebuah perusahaan tekstil yang telah go public pernah menuliskan kalimat “manusia kita adalah…” di dalam laporan tahunannya, meskipun hampir tidak pernah berinvestasi dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
Dampak positif dari pengelolaan SDM pada pertumbuhan bisnis sudah tidak terbantahkan. Seorang direktur utama dan pemilik sebuat perusahaan ritel terkemuka di Indonesia yang telah bertumbuh hampir sepuluh kali lipat dalam waktu delapan tahun terakhir menyatakan, bahwa saat ini faktor penentu dan juga penghambat paling utama untuk bertumbuh adalah manusia.
Dalam buku HR Scorecard (2001) karangan Profesor Dave Ulrich, seorang guru manajemen dari University of Michigan, memaparkan fakta hasil riset yang menunjukkan bahwa, secara rata-rata, perusahaan-perusahaan yang memiliki praktek SDM yang baik memiliki penjualan per karyawan empat kali lebih tinggi dan market-to-book value tiga kali lebih besar dari perusahaan-perusahaan yang kurang profesional dalam pengelolaan SDM.
Pengelolaan SDM secara profesional bukanlah tanggung jawab bagian atau divisi SDM semata-mata, tapi merupakan tanggung jawab CEO, Directors, dan semua lini maupun bagian dalam perusahaan. Dalam buku HR Champions (1996) dan HR Value Proposition (2005) yang merupakan kitab pegangan bagi praktisi SDM di seluruh dunia hari ini, Dave Ulrich membagi peran pengelolaan SDM menjadi beberapa bagian.
Studi terhadap ratusan perusahaan best practice menunjukkan bahwa peran Employee Champion untuk mendorong karyawan agar termotivasi dan memiliki kompetensi untuk bekerja dengan produktif sehari-hari justru merupakan tanggung jawab dari atasan yang bersangkutan, bukan semata-mata peran divisi SDM.
Konsep HR Champions telah menginspirasi berbagai perusahaan di Indonesia dalam mengelola SDM-nya. Saran dari Dave Ulrich agar divisi SDM bergerak dari ahli di bidang administrasi (Administrative Expert) dan bergerak menjadi Strategic Partner telah mendorong berbagai restrukturisasi.
Sebuah perusahaan consumer goods meng-outsource pembayaran gajinya untuk menciptakan waktu lebih banyak bagi divisi SDM untuk berpikir dan melakukan aktivitas yang lebih strategis. Sebuah bank membentuk divisi Organization Development untuk menjalankan peran Strategic Partner (seperti komunikasi visi misi dan nilai budaya perusahaan atau restrukturisasi organisasi sesuai perubahan strategi perusahaan). Pada dasarnya, divisi SDM diminta untuk melihat satuan kerja bisnis dan operasi sebagai ‘pelanggan’ SDM.
Namun evolusi pengelolaan SDM belum berakhir. Beberapa bulan lalu, Dave Ulrich meminta saya me-review draft artikel beliau yang belum dipublikasikan (dan akan menjadi topik seminar kunjungan beliau ke Indonesia di bulan April mendatang).
Pemikiran terbaru dalam artikel ini sangat provokatif dan akan mengubah tren SDM di masa depan. Tidak lagi sekedar menjadi Strategic Partner bagi satuan kerja bisnis internal di dalam perusahaan, di masa depan, divisi SDM harus menganalisa konteks lingkungan eksternal dimana organisasi berada. Dan SDM harus mampu menciptakan nilai bagi stakeholder eksternal perusahaan: pelanggan, masyarakat, dan pemegang saham.
Perubahan lingkungan teknologi, misalnya, dapat merubah strategi rekrutmen SDM dari yang berorientasi print-media menuju on-line dan network media. Kemajuan teknologi juga dapat mendorong penerapan flexi-hours dalam bekerja. Tren green dapat mendorong SDM menerapkan kebijakan yang mengurangi jejak karbon. Dengan kata lain, analisa STEPED (Social, Technology, Economy, Political, Environment, dan Demography) tidak lagi hanya menjadi domain unit bisnis, tetapi juga tanggung jawab divisi SDM.
Secara proaktif, pengelolaan SDM perlu beradaptasi dengan faktor eksternal organisasi sehingga menjadi salah satu keunggulan kompetisi dalam memberi nilai tambah langsung kepada stakeholder eksternal.
Pelanggan eksternal dapat dilibatkan dalam penentuan kriteria kompetensi talent yang akan direkrut, bahkan juga dilibatkan dalam memberi pelatihan kepada karyawan. Dengan inisiatif divisi SDM, sebuah perusahaan produsen mainan anak-anak melibatkan karyawannya beserta keluarga berkunjung ke sekolah-sekolah di sekitar lingkungan perusahaan untuk mengecat dan merenovasi ruang kelas belajar. Karyawan yang dilibatkan merasakan adanya work-life balance, hubungan dengan masyarakat sekitar menjadi lebih baik, dan reputasi perusahaan menjadi lebih positif.
Untuk berhasil menjalankan peran SDM yang baru ini, organisasi perlu memiliki sistem pengelolaan SDM yang mengembangkan individu, organisasi, dan kepemimpinan. Terasa beratkah? Keunggulan kompetisi yang berkesinambungan adalah keunggulan yang susah ditiru. Salah satunya adalah dengan menerapkan sistem pengelolaan SDM yang terus berevolusi. Memang benar, yang tidak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri! (Suwardi Luis, CEO dari PT GML Performance Consulting)
-------------------------------------------------------
Ikuti A New Vision of Human Resources in Value Creation for Investors, Customers, and Employee Engagement bersama Dave Ulrich
Dibuka Pendaftaran 8.300 TKI ke Korea
Badan Nasional Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) untuk 2011 ini mulai membuka pendaftaran calon Tenaga Kerja ke Korea Selatan program kerjasama antar pemerintah atau Government to Government (G to G) sebanyak 8.300 orang dengan bidang pekerjaan manufaktur dan perikanan.
Demikian dijelaskan Kepala BNP2TKI Moh Jumhur Hidayat di Jakarta, Selasa (22/3/2011).
Menurutnya, pendaftaran perekrutan calon TKI Korea bagi kedua sektor itu dilaksanakan pada 25-29 April 2011 di lima kota provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jakarta melalui kantor BP3TKI (Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI--unit teknis di bawah BNP2TKI yang ada di daerah). "Sedangkan Jawa Timur pendaftarannya di kantor UPTD TKI (Unit Pelaksana Teknis Daerah milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang bekerjasama BNP2TKI," jelas Jumhur.
Dikatakan, tes penerimaan bagi calon TKI ke Korea Selatan dilakukan pada 25-26 Juni 2011 juga di lima wilayah provinsi penerima pendaftaran calon TKI Korea. "Tes itu berupa pengetahuan bahasa Korea yang harus dimiliki oleh para peserta atau pendaftar calon TKI Korea," ujarnya.
Ditambahkan, pelaksanaan tes bahasa Korea berupa Korean Proficiency Test) diselenggarakan oleh BNP2TKI dengan Human Resource Development of Korea (HRD Korea) perwakilan Jakarta. Penempatan TKI ke Korea program G to G dilakukan BNP2TKI atasnama pemerintah Indonesia dan HRD Korea sebagai wakil yang ditunjuk pemerintah Korea Selatan. Pada 2006--sebelum kehadiran BNP2TKI--pemerintah Indonesia menempatkan 1.274 orang, kemudian setelah BNP2TKI berdiri penempatan TKI ke Korea mencapai 4.303 orang.
Pada 2008 penempatan TKI Korea meningkat tajam dan bahkan melebihi kuota 8.000 yang disediakan pemerintah Korea, yakni dengan 11.885 penempatan TKI oleh BNP2TKI. Setelah itu, 2009, jumlah penempatannya menurun menjadi 2.024 orang akibat negeri ginseng tersebut terkena imbas krisis keuangan global.
Pada 2010 saat mulai pulih krisis ekonomi global, Korea menerima sebanyak 3.962 TKI, dan pada 2011 permintaan Korea terhadap TKI ditingkatkan lagi menjadi 8.300 orang. "Tapi, masa-masa ke depan kuotanya akan bertambah lagi seiring terus membaiknya perekonomian Korea," kata Jumhur.
Saat ini menurut catatan BNP2TKI, sekitar 33.000 TKI bekerja di sektor formal di Korea, termasuk TKI yang re-entry (diperpanjang kontraknya) sejak penempatan 2010. Sebelum 2010 para TKI Korea menjalani kontrak kerja untuk 3 tahun dan setelah itu menjadi 5 tahun dengan model re-entry tersebut.
Para TKI Korea tersebar di seluruh kota-kota di Korea pada bidang manufaktur, perikanan, spa theraphy dan hospitality, serta konstruksi. Para TKI digaji Rp 10-12 juta perbulan di luar akomodasi dan tunjangan lembur.
Demikian dijelaskan Kepala BNP2TKI Moh Jumhur Hidayat di Jakarta, Selasa (22/3/2011).
Menurutnya, pendaftaran perekrutan calon TKI Korea bagi kedua sektor itu dilaksanakan pada 25-29 April 2011 di lima kota provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jakarta melalui kantor BP3TKI (Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI--unit teknis di bawah BNP2TKI yang ada di daerah). "Sedangkan Jawa Timur pendaftarannya di kantor UPTD TKI (Unit Pelaksana Teknis Daerah milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang bekerjasama BNP2TKI," jelas Jumhur.
Dikatakan, tes penerimaan bagi calon TKI ke Korea Selatan dilakukan pada 25-26 Juni 2011 juga di lima wilayah provinsi penerima pendaftaran calon TKI Korea. "Tes itu berupa pengetahuan bahasa Korea yang harus dimiliki oleh para peserta atau pendaftar calon TKI Korea," ujarnya.
Ditambahkan, pelaksanaan tes bahasa Korea berupa Korean Proficiency Test) diselenggarakan oleh BNP2TKI dengan Human Resource Development of Korea (HRD Korea) perwakilan Jakarta. Penempatan TKI ke Korea program G to G dilakukan BNP2TKI atasnama pemerintah Indonesia dan HRD Korea sebagai wakil yang ditunjuk pemerintah Korea Selatan. Pada 2006--sebelum kehadiran BNP2TKI--pemerintah Indonesia menempatkan 1.274 orang, kemudian setelah BNP2TKI berdiri penempatan TKI ke Korea mencapai 4.303 orang.
Pada 2008 penempatan TKI Korea meningkat tajam dan bahkan melebihi kuota 8.000 yang disediakan pemerintah Korea, yakni dengan 11.885 penempatan TKI oleh BNP2TKI. Setelah itu, 2009, jumlah penempatannya menurun menjadi 2.024 orang akibat negeri ginseng tersebut terkena imbas krisis keuangan global.
Pada 2010 saat mulai pulih krisis ekonomi global, Korea menerima sebanyak 3.962 TKI, dan pada 2011 permintaan Korea terhadap TKI ditingkatkan lagi menjadi 8.300 orang. "Tapi, masa-masa ke depan kuotanya akan bertambah lagi seiring terus membaiknya perekonomian Korea," kata Jumhur.
Saat ini menurut catatan BNP2TKI, sekitar 33.000 TKI bekerja di sektor formal di Korea, termasuk TKI yang re-entry (diperpanjang kontraknya) sejak penempatan 2010. Sebelum 2010 para TKI Korea menjalani kontrak kerja untuk 3 tahun dan setelah itu menjadi 5 tahun dengan model re-entry tersebut.
Para TKI Korea tersebar di seluruh kota-kota di Korea pada bidang manufaktur, perikanan, spa theraphy dan hospitality, serta konstruksi. Para TKI digaji Rp 10-12 juta perbulan di luar akomodasi dan tunjangan lembur.
Subscribe to:
Posts (Atom)