Bagai harimau lapar sedang mencari mangsa. Itu perumpamaan yang cocok menggambarkan aksi perusahaan broker properti asing sekarang ini. Buktinya, belakangan ini makelar properti asing kembali bermunculan untuk menawarkan dan memasarkan properti di Indonesia. Silakan tengok iklan-iklan di media massa. Dengan mudah Anda dapat menemui sejumlah iklan properti asing satu halaman penuh di koran. Lain waktu, muncul iklan dari pesaing yang juga sehalaman penuh.
Agar lebih meyakinkan pembeli, mereka juga kerap menggelar pameran di hotel-hotel berbintang lima. Ambil contoh, Far East, pengembang properti swasta terbesar di Singapura, pertengahan September lalu menggelar pameran apartemen Silversea di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, dan Hotel Shangri-La, Surabaya.
Serbuan agen properti ini tentu bukan tanpa alasan. “Sekarang harga properti di luar negeri memang sedang turun dan akan segera naik dalam waktu dekat. Jadi, sekarang mereka gencar menawarkan ke konsumen lagi,” kata Djodi Trisusanto, Wakil Direktur Jones Lang LaSalle Indonesia.
Tren kenaikan harga properti ini terpicu kondisi ekonomi global yang mulai pulih dari krisis. Di Singapura, misalnya, muncul indikasi kuat bakal terjadi pemulihan ekonomi.
Karena itu, menurut hitungan di atas kertas para agen properti itu, kini tiba saat yang tepat berinvestasi dengan membeli properti di luar negeri. “Sekarang beli murah, nanti harganya naik,” ujar Djodi lagi.
Secara alamiah, bisnis properti memang selalu mengalami pasang surut. Sebelum ini, bisnis properti menyusut karena terpicu krisis keuangan global yang terjadi pada akhir 2008. Nah, kini, penjualan properti mulai menunjukkan tren naik. Bahkan, properti diprediksi akan kembali menanjak untuk mencapai puncak.
Bagi para broker, kejelian melihat pergerakan siklus ini merupakan salah satu kunci sukses dalam melakukan penjualan. Seperti sekarang, mereka menyerbu masuk ketika harga properti tepat sudah sampai ke dasar dan siap untuk kembali menanjak naik.
Namun, menurut Djodi, konsumen atau investor yang akan membeli properti di luar negeri perlu mempertimbangkan kemungkinan mencari pinjaman. Sebab, besaran porsi kredit yang dikucurkan perbankan tak lagi sebesar sebelum terjadi krisis.
Selain itu, konsumen juga tetap harus mencari lokasi yang strategis. “Jadi, kalau mau dijual lagi, harganya bisa tetap bagus,” ucap Djodi.
Pasar potensial
Selama ini, dari kacamata pengembang properti di luar negeri, Indonesia merupakan pasar yang potensial. Selain sering bepergian ke luar negeri, orang-orang Indonesia banyak yang menyekolahkan anaknya di luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, dan Australia. Oleh sebab itu, apartemen-apartemen itu banyak dipakai sebagai tempat tinggal anak, ketimbang mereka merogoh kocek untuk membayar sewa hotel atau apartemen lain.
Jadi, jangan heran, banyak warga Indonesia memiliki apartemen di Singapura. Jumlahnya diperkirakan lebih dari 1.500 unit. “Orang Indonesia itu pembeli properti terbesar di Singapura. Setelah itu menyusul China dan Malaysia,” timpal Anton Sitorus, Manager Riset Jones Lang LaSalle.
Banyak faktor yang menunjang kesuksesan Singapura dalam menggaet konsumen asing. Salah satunya adalah kebijakan yang mengizinkan orang asing membeli apartemen dengan status hak pakai 99 tahun.
Selain Singapura, pengembang properti dari Malaysia dan Australia juga tak kalah agresif menjaring pembeli di Indonesia. Umumnya, ketika memasarkan properti mereka berupaya meyakinkan konsumen bahwa membeli apartemen di luar negeri lebih bisa mendapat kepastian hukum, kemudahan perpajakan, dan kelonggaran regulasi lainnya.
Misalnya, ada jaminan keamanan dan hukum agraria, serta ada jaminan bagi konsumen asing mendapatkan sertifikat hak milik. Menariknya, suku bunga di sana juga relatif rendah, yakni kurang dari 3 persen per tahun. “Dengan bunga rendah, tingkat return-nya juga besar, bisa mencapai 10 persen per tahun,” papar Anton.
Dalam hitungan Anton, membeli apartemen di seputar Asia bisa memberikan imbal hasil yang lebih besar ketimbang di Australia. Malaysia, contohnya, merupakan negara berkembang yang saat ini sedang menjadi pusat lirikan banyak pebisnis kelas internasional. Adapun Singapura menjadi pusat bisnis dan keuangan yang terus berkembang.
Memang, di Australia, harga tanah lebih murah sehingga lebih menggiurkan. “Cuma, kalau buat investasi, kenaikannya lambat karena di sana sudah negara maju,” ujar Anton.
Nah, untuk lebih jelasnya, mari kita ulas beberapa proyek apartemen yang kini sedang menjulang di sana. Silakan ditimbang-timbang.
Silversea
Ini merupakan kondominium di kawasan East Coast, Singapura. Kondominium ini terletak di pinggir pantai sehingga penghuni bisa langsung melihat pemandangan laut. “Ini satu-satunya kondominium yang terletak di tanah terakhir dengan garis pantai,” kata Maikel Tanuwidjaja, Asisten Manajer Pemasaran Far East, berpromosi.
Kondominium Silversea ini dibangun raksasa properti Singapura, Far East, di atas lahan seluas dua hektar. Silversea memiliki empat tower setinggi 21 lantai. Tower satu, dua, dan empat menghadap ke laut, sedangkan tower tiga menghadap ke kasino.
Dari keempat tower tersebut, terdapat 383 kamar dengan ukuran berkisar 90 meter persegi. Kemudian, ada juga tipe penthouse alias griya tawang yang berukuran 461 meter persegi. Tipe griya tawang memiliki empat kamar, sedangkan tipe biasa ada yang terdiri dari dua kamar hingga tiga kamar.
Khusus tipe griya tawang, tersedia lobi lift pribadi. Selain itu, griya tawang dirancang seperti hotel bintang lima yang dilengkapi dengan bar mini, kamar mandi yang luas, rain shower, dan kotak deposit.
Bila tertarik, Anda perlu merogoh kocek sebanyak 1,3 juta dollar Singapura hingga 4 juta dollar Singapura, atau berkisar Rp 8 miliar sampai Rp 26 miliar. “Bila uang belum terkumpul sebanyak itu, ada fasilitas kredit dengan bunga jauh lebih rendah dibandingkan dengan bunga kredit pemilikan apartemen (KPA) di Indonesia,” ujar Meikel. Bunganya cuma 2 persen per tahun dengan masa cicilan 30 tahun.
Syaratnya, pembeli cukup menyediakan uang muka 5 persen dari harga jual. Pada delapan minggu kemudian, dia harus menambah 15 persen lagi. Pembeli baru membayar cicilan bulanan saat fondasi mulai dibangun.
Madison Residences
Apartemen ini terletak di Bukit Timah, Singapura. Lokasinya sangat strategis, hanya berjarak 2,3 km dari pusat kota Singapura. Apartemen ini merupakan produk salah satu pengembang besar di Singapura, Keppel Land Realty Pte Ltd, yang baru dipasarkan September lalu.
Madison terdiri dari empat tower yang berdiri sejajar, membentuk huruf W. Terdapat 18 lantai, terdiri dari 56 kamar. Pembangunan apartemen ini ditargetkan selesai 2014.
Ada tiga tipe kamar yang bisa Anda pilih. Tipe paling kecil adalah B1 dan C1 dengan tiga kamar. Kedua tipe ini ada di lantai tiga hingga lantai 14. Tipe yang lebih besar adalah junior penthouse yang memiliki empat kamar tidur. Tipe ini hanya tersedia enam unit dan terletak di lantai 15 hingga 17.
Adapun tipe paling besar adalah tipe griya tawang yang berada di lantai paling atas. Tipe ini memiliki empat kamar tidur seperti di junior penthouse. Kelebihannya, tipe ini memiliki akses menuju roof terrace, sedang tipe lain tidak bisa.
Harga jualnya berbeda-beda sesuai tipenya. Paling murah adalah tipe B1 dengan harga 2,3 juta dollar Singapura. Adapun unit yang paling mahal 6,1 juta dollar Singapura.
Lokasi apartemen cukup strategis. Selain dekat dengan jalur kereta bawah tanah, juga dekat sekolah ternama, seperti Bukit Timah Campus dan Raffles Girls’ Secondary School.
Ujana
Ini adalah produk properti milik pengembang asal Malaysia, UEM Land Bhd. Apartemen ini merupakan salah satu proyek pengembangan kawasan baru di Johor, Malaysia. Kawasannya bernama Nusajaya dengan luas lahan 400 hektar.
Selain apartemen, di sini akan dibangun 861 rumah hunian. Total investasi mencapai Rp 6 triliun. “Semua dana berasal dari Pemerintah Malaysia,” kata Zamry Ibrahim, General Manager Marketing & Sales UEM Land Bhd.
Pembangunan kawasan sedang berlangsung. Namun, pembangunan apartemen baru mulai tahun depan dan ditargetkan selesai akhir 2011. Apartemen setinggi 23 lantai ini terdiri dari 172 unit, sebanyak 168 unit apartemen eksekutif, dan 4 penthouse.
Apartemen eksekutif terbagi dalam empat tipe. “Setiap tipe memiliki tiga kamar tidur dan satu balkon,” kata David Tjandra, Principal Ray White Kelapa Gading, yang menjadi agen tunggal UEM Land di Indonesia. Harganya sekitar Rp 7 juta per meter persegi. “Ini memang untuk kalangan atas,” tandas David. Mulai November nanti Ray White akan menggelar pameran Apartemen Ujana di hotel-hotel bintang lima berbagai kota besar.
Ray White menjanjikan berbagai kemudahan. Misalnya, pembayaran bisa dicicil berbunga 0 persen, uang muka 10 persen, dan bebas memilih masa angsuran hingga 36 bulan. “Pembeli juga dibebaskan dari berbagai pajak tambahan,” kata David. (KONTAN/Adi Wikanto/Havid Vebri)
Agar lebih meyakinkan pembeli, mereka juga kerap menggelar pameran di hotel-hotel berbintang lima. Ambil contoh, Far East, pengembang properti swasta terbesar di Singapura, pertengahan September lalu menggelar pameran apartemen Silversea di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, dan Hotel Shangri-La, Surabaya.
Serbuan agen properti ini tentu bukan tanpa alasan. “Sekarang harga properti di luar negeri memang sedang turun dan akan segera naik dalam waktu dekat. Jadi, sekarang mereka gencar menawarkan ke konsumen lagi,” kata Djodi Trisusanto, Wakil Direktur Jones Lang LaSalle Indonesia.
Tren kenaikan harga properti ini terpicu kondisi ekonomi global yang mulai pulih dari krisis. Di Singapura, misalnya, muncul indikasi kuat bakal terjadi pemulihan ekonomi.
Karena itu, menurut hitungan di atas kertas para agen properti itu, kini tiba saat yang tepat berinvestasi dengan membeli properti di luar negeri. “Sekarang beli murah, nanti harganya naik,” ujar Djodi lagi.
Secara alamiah, bisnis properti memang selalu mengalami pasang surut. Sebelum ini, bisnis properti menyusut karena terpicu krisis keuangan global yang terjadi pada akhir 2008. Nah, kini, penjualan properti mulai menunjukkan tren naik. Bahkan, properti diprediksi akan kembali menanjak untuk mencapai puncak.
Bagi para broker, kejelian melihat pergerakan siklus ini merupakan salah satu kunci sukses dalam melakukan penjualan. Seperti sekarang, mereka menyerbu masuk ketika harga properti tepat sudah sampai ke dasar dan siap untuk kembali menanjak naik.
Namun, menurut Djodi, konsumen atau investor yang akan membeli properti di luar negeri perlu mempertimbangkan kemungkinan mencari pinjaman. Sebab, besaran porsi kredit yang dikucurkan perbankan tak lagi sebesar sebelum terjadi krisis.
Selain itu, konsumen juga tetap harus mencari lokasi yang strategis. “Jadi, kalau mau dijual lagi, harganya bisa tetap bagus,” ucap Djodi.
Pasar potensial
Selama ini, dari kacamata pengembang properti di luar negeri, Indonesia merupakan pasar yang potensial. Selain sering bepergian ke luar negeri, orang-orang Indonesia banyak yang menyekolahkan anaknya di luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, dan Australia. Oleh sebab itu, apartemen-apartemen itu banyak dipakai sebagai tempat tinggal anak, ketimbang mereka merogoh kocek untuk membayar sewa hotel atau apartemen lain.
Jadi, jangan heran, banyak warga Indonesia memiliki apartemen di Singapura. Jumlahnya diperkirakan lebih dari 1.500 unit. “Orang Indonesia itu pembeli properti terbesar di Singapura. Setelah itu menyusul China dan Malaysia,” timpal Anton Sitorus, Manager Riset Jones Lang LaSalle.
Banyak faktor yang menunjang kesuksesan Singapura dalam menggaet konsumen asing. Salah satunya adalah kebijakan yang mengizinkan orang asing membeli apartemen dengan status hak pakai 99 tahun.
Selain Singapura, pengembang properti dari Malaysia dan Australia juga tak kalah agresif menjaring pembeli di Indonesia. Umumnya, ketika memasarkan properti mereka berupaya meyakinkan konsumen bahwa membeli apartemen di luar negeri lebih bisa mendapat kepastian hukum, kemudahan perpajakan, dan kelonggaran regulasi lainnya.
Misalnya, ada jaminan keamanan dan hukum agraria, serta ada jaminan bagi konsumen asing mendapatkan sertifikat hak milik. Menariknya, suku bunga di sana juga relatif rendah, yakni kurang dari 3 persen per tahun. “Dengan bunga rendah, tingkat return-nya juga besar, bisa mencapai 10 persen per tahun,” papar Anton.
Dalam hitungan Anton, membeli apartemen di seputar Asia bisa memberikan imbal hasil yang lebih besar ketimbang di Australia. Malaysia, contohnya, merupakan negara berkembang yang saat ini sedang menjadi pusat lirikan banyak pebisnis kelas internasional. Adapun Singapura menjadi pusat bisnis dan keuangan yang terus berkembang.
Memang, di Australia, harga tanah lebih murah sehingga lebih menggiurkan. “Cuma, kalau buat investasi, kenaikannya lambat karena di sana sudah negara maju,” ujar Anton.
Nah, untuk lebih jelasnya, mari kita ulas beberapa proyek apartemen yang kini sedang menjulang di sana. Silakan ditimbang-timbang.
Silversea
Ini merupakan kondominium di kawasan East Coast, Singapura. Kondominium ini terletak di pinggir pantai sehingga penghuni bisa langsung melihat pemandangan laut. “Ini satu-satunya kondominium yang terletak di tanah terakhir dengan garis pantai,” kata Maikel Tanuwidjaja, Asisten Manajer Pemasaran Far East, berpromosi.
Kondominium Silversea ini dibangun raksasa properti Singapura, Far East, di atas lahan seluas dua hektar. Silversea memiliki empat tower setinggi 21 lantai. Tower satu, dua, dan empat menghadap ke laut, sedangkan tower tiga menghadap ke kasino.
Dari keempat tower tersebut, terdapat 383 kamar dengan ukuran berkisar 90 meter persegi. Kemudian, ada juga tipe penthouse alias griya tawang yang berukuran 461 meter persegi. Tipe griya tawang memiliki empat kamar, sedangkan tipe biasa ada yang terdiri dari dua kamar hingga tiga kamar.
Khusus tipe griya tawang, tersedia lobi lift pribadi. Selain itu, griya tawang dirancang seperti hotel bintang lima yang dilengkapi dengan bar mini, kamar mandi yang luas, rain shower, dan kotak deposit.
Bila tertarik, Anda perlu merogoh kocek sebanyak 1,3 juta dollar Singapura hingga 4 juta dollar Singapura, atau berkisar Rp 8 miliar sampai Rp 26 miliar. “Bila uang belum terkumpul sebanyak itu, ada fasilitas kredit dengan bunga jauh lebih rendah dibandingkan dengan bunga kredit pemilikan apartemen (KPA) di Indonesia,” ujar Meikel. Bunganya cuma 2 persen per tahun dengan masa cicilan 30 tahun.
Syaratnya, pembeli cukup menyediakan uang muka 5 persen dari harga jual. Pada delapan minggu kemudian, dia harus menambah 15 persen lagi. Pembeli baru membayar cicilan bulanan saat fondasi mulai dibangun.
Madison Residences
Apartemen ini terletak di Bukit Timah, Singapura. Lokasinya sangat strategis, hanya berjarak 2,3 km dari pusat kota Singapura. Apartemen ini merupakan produk salah satu pengembang besar di Singapura, Keppel Land Realty Pte Ltd, yang baru dipasarkan September lalu.
Madison terdiri dari empat tower yang berdiri sejajar, membentuk huruf W. Terdapat 18 lantai, terdiri dari 56 kamar. Pembangunan apartemen ini ditargetkan selesai 2014.
Ada tiga tipe kamar yang bisa Anda pilih. Tipe paling kecil adalah B1 dan C1 dengan tiga kamar. Kedua tipe ini ada di lantai tiga hingga lantai 14. Tipe yang lebih besar adalah junior penthouse yang memiliki empat kamar tidur. Tipe ini hanya tersedia enam unit dan terletak di lantai 15 hingga 17.
Adapun tipe paling besar adalah tipe griya tawang yang berada di lantai paling atas. Tipe ini memiliki empat kamar tidur seperti di junior penthouse. Kelebihannya, tipe ini memiliki akses menuju roof terrace, sedang tipe lain tidak bisa.
Harga jualnya berbeda-beda sesuai tipenya. Paling murah adalah tipe B1 dengan harga 2,3 juta dollar Singapura. Adapun unit yang paling mahal 6,1 juta dollar Singapura.
Lokasi apartemen cukup strategis. Selain dekat dengan jalur kereta bawah tanah, juga dekat sekolah ternama, seperti Bukit Timah Campus dan Raffles Girls’ Secondary School.
Ujana
Ini adalah produk properti milik pengembang asal Malaysia, UEM Land Bhd. Apartemen ini merupakan salah satu proyek pengembangan kawasan baru di Johor, Malaysia. Kawasannya bernama Nusajaya dengan luas lahan 400 hektar.
Selain apartemen, di sini akan dibangun 861 rumah hunian. Total investasi mencapai Rp 6 triliun. “Semua dana berasal dari Pemerintah Malaysia,” kata Zamry Ibrahim, General Manager Marketing & Sales UEM Land Bhd.
Pembangunan kawasan sedang berlangsung. Namun, pembangunan apartemen baru mulai tahun depan dan ditargetkan selesai akhir 2011. Apartemen setinggi 23 lantai ini terdiri dari 172 unit, sebanyak 168 unit apartemen eksekutif, dan 4 penthouse.
Apartemen eksekutif terbagi dalam empat tipe. “Setiap tipe memiliki tiga kamar tidur dan satu balkon,” kata David Tjandra, Principal Ray White Kelapa Gading, yang menjadi agen tunggal UEM Land di Indonesia. Harganya sekitar Rp 7 juta per meter persegi. “Ini memang untuk kalangan atas,” tandas David. Mulai November nanti Ray White akan menggelar pameran Apartemen Ujana di hotel-hotel bintang lima berbagai kota besar.
Ray White menjanjikan berbagai kemudahan. Misalnya, pembayaran bisa dicicil berbunga 0 persen, uang muka 10 persen, dan bebas memilih masa angsuran hingga 36 bulan. “Pembeli juga dibebaskan dari berbagai pajak tambahan,” kata David. (KONTAN/Adi Wikanto/Havid Vebri)
No comments:
Post a Comment