Harga cabai rawit yang masih tinggi di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, menyebabkan penjualan para pedagang menurun hingga 50 persen. Tingginya harga cabai rawit menyumbang andil inflasi di Palangkaraya.
Musohatun (35), pedagang di Pasar Sore, Palangkaraya, Selasa (1/3/2011), menjelaskan, harga cabai rawit saat ini sebesar Rp 70.000 per kilogram (kg). Harga itu terus merambat naik sejak akhir tahun 2010. Ketika itu, harga cabai rawit masih sekitar Rp 60.000 per kg.
"Cabai rawit di Palangkaraya dipasok dari Jawa Timur dan Kalimantan Selatan. Harga di daerah asal sudah tinggi. Selain itu, di Jawa juga panennya tidak besar," ucapnya.
Penjualan Musohatun pun menurun. Jika pada tahun 2010 ia dapat menjual hingga 50 kg cabai rawit per hari, maka saat ini rata-rata hanya sekitar 20 kg per hari.
Pedagang di Pasar Baru, Palangkaraya, Eri (25), mengatakan, harga cabai rawit yang dijualnya sebesar Rp 80.000 per kg. Harga itu terus merambat naik sejak sebelum bulan puasa pada tahun 2010. Ketika itu, harga cabai rawit masih sekitar Rp 70.000 per kg. Harga cabai masih tinggi karena cuaca tak mendukung.
"Cabai berasal dari Jawa dan gelombang laut saat ini masih tinggi. Selain itu, di Jawa sempat ada gunung meletus. Letusan dan abu gunung merusak tanaman cabai," katanya. Menurut Eri, biaya angkut dengan kapal laut lebih kurang Rp 1.000 per kg. Namun, jika menggunakan pesawat, maka biayanya mencapai Rp 7.000 per kg.
"Mungkin itu sebabnya harga cabai tinggi. Cabai rawit dipasok antara lain dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta," katanya. Jumlah cabai yang dijual Eri pun turun. Sebelum harga cabai naik, ia bisa menjual hingga 50 kg per hari. Namun, saat ini hanya sekitar 25 kg per hari.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng Panusunan Siregar mengatakan, inflasi Palangkaraya pada Februari 2011 sebesar 0,02 persen. Komoditas yang mengalami kenaikan harga dengan andil inflasi tertinggi adalah ayam goreng sebesar 0,0787 persen, disusul cabai rawit sebesar 0,0547 persen.
Komoditas lain yang harganya naik adalah ikan baung, ikan saluang, batu bata, dan kontrak rumah. Ia mengatakan, harga cabai rawit di Sampit, Kalteng, juga naik.
Kenaikan harga cabai rawit dipicu cuaca yang tak bersahabat. Gelombang laut masih tinggi sehingga menghambat kapal pengangkut untuk berlayar ke Kalimantan. "Akhir-akhir ini masih turun hujan deras. Suplai yang terbatas tak mampu memenuhi semua kebutuhan," tuturnya.
Kepala Seksi Harga Konsumen BPS Kalteng Yana Hendriana mengatakan, cabai rawit di Palangkaraya masih dikirim dari Jawa. Karena itu, kondisi di Jawa juga amat berpengaruh terhadap harga cabai di Palangkaraya. Jika musim tak mendukung, misalnya, maka harga cabai akan naik.
"Begitu pula bila gelombang tinggi, kapal pengangkut dari Jawa akan susah bertolak ke Kalimantan sehingga memicu lonjakan harga," tuturnya.
Musohatun (35), pedagang di Pasar Sore, Palangkaraya, Selasa (1/3/2011), menjelaskan, harga cabai rawit saat ini sebesar Rp 70.000 per kilogram (kg). Harga itu terus merambat naik sejak akhir tahun 2010. Ketika itu, harga cabai rawit masih sekitar Rp 60.000 per kg.
"Cabai rawit di Palangkaraya dipasok dari Jawa Timur dan Kalimantan Selatan. Harga di daerah asal sudah tinggi. Selain itu, di Jawa juga panennya tidak besar," ucapnya.
Penjualan Musohatun pun menurun. Jika pada tahun 2010 ia dapat menjual hingga 50 kg cabai rawit per hari, maka saat ini rata-rata hanya sekitar 20 kg per hari.
Pedagang di Pasar Baru, Palangkaraya, Eri (25), mengatakan, harga cabai rawit yang dijualnya sebesar Rp 80.000 per kg. Harga itu terus merambat naik sejak sebelum bulan puasa pada tahun 2010. Ketika itu, harga cabai rawit masih sekitar Rp 70.000 per kg. Harga cabai masih tinggi karena cuaca tak mendukung.
"Cabai berasal dari Jawa dan gelombang laut saat ini masih tinggi. Selain itu, di Jawa sempat ada gunung meletus. Letusan dan abu gunung merusak tanaman cabai," katanya. Menurut Eri, biaya angkut dengan kapal laut lebih kurang Rp 1.000 per kg. Namun, jika menggunakan pesawat, maka biayanya mencapai Rp 7.000 per kg.
"Mungkin itu sebabnya harga cabai tinggi. Cabai rawit dipasok antara lain dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta," katanya. Jumlah cabai yang dijual Eri pun turun. Sebelum harga cabai naik, ia bisa menjual hingga 50 kg per hari. Namun, saat ini hanya sekitar 25 kg per hari.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng Panusunan Siregar mengatakan, inflasi Palangkaraya pada Februari 2011 sebesar 0,02 persen. Komoditas yang mengalami kenaikan harga dengan andil inflasi tertinggi adalah ayam goreng sebesar 0,0787 persen, disusul cabai rawit sebesar 0,0547 persen.
Komoditas lain yang harganya naik adalah ikan baung, ikan saluang, batu bata, dan kontrak rumah. Ia mengatakan, harga cabai rawit di Sampit, Kalteng, juga naik.
Kenaikan harga cabai rawit dipicu cuaca yang tak bersahabat. Gelombang laut masih tinggi sehingga menghambat kapal pengangkut untuk berlayar ke Kalimantan. "Akhir-akhir ini masih turun hujan deras. Suplai yang terbatas tak mampu memenuhi semua kebutuhan," tuturnya.
Kepala Seksi Harga Konsumen BPS Kalteng Yana Hendriana mengatakan, cabai rawit di Palangkaraya masih dikirim dari Jawa. Karena itu, kondisi di Jawa juga amat berpengaruh terhadap harga cabai di Palangkaraya. Jika musim tak mendukung, misalnya, maka harga cabai akan naik.
"Begitu pula bila gelombang tinggi, kapal pengangkut dari Jawa akan susah bertolak ke Kalimantan sehingga memicu lonjakan harga," tuturnya.
No comments:
Post a Comment