Untuk menciptakan industri satu merek mobil nasional dibutuhkan dana
setidaknya Rp 2 Triliun dan harus ada investor lokal sebagai penanam
modal. Dana tersebut untuk pembelian lahan, pengadaan permesinan,
teknologi, dan modal kerja. Belum termasuk pengembangan jaringan
pemasaran dan layanan purna jual.
"Untuk menjadi sebuah industri yang komersil dan feasible, umumnya mobil tersebut harus mencapai sekitar 40.000 unit per tahun," ujar Menteri Perindustrian MS Hidayat di sela raker dengan Komisi VI di Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (1/2/2012).
Pemerintah, lanjut Hidayat, mendukung inisiatif merek-merek mobil nasional untuk tampil dan berkembang dalam dunia otomotif. Beberapa dukungan yang disiapkan meliputi, promosi dan pemasaran, fasilitasi pencarian investor, ujicoba prototipe dan peningkatan kemampuan industri komponen.
Kemudian, untuk mendorong penggunaan unit di pemerintah pusat dan daerah, lanjut menteri, diberikan kemudahan perizinan seperti Nomor Identifikasi Kendaraan (NIK).
"Beberapa NIK yang sudah dikeluarkan antara lain untuk Tawon (Juni 2008), Komodo (Desember 2007), Gea (Mei 2007), Mahator ( Juni 2007), Kancil (Oktober 2009) dan Esemka (Juni 2010)," beber Hidayat.
Sebelumnya, PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) menyatakan siap menciptakan industri mobil "kecil-kecilan" dengan investasi Rp 50 miliar. Dana ini digunakan untuk membangun pabrik di areal lahan seluas 6.000 meter persegi dengan fasilitas perakitan, finishing dan uji kelayakan.
"Dana Rp 50 miliar termasuk juga untuk produksi 300 mobil. Segera, saat uji emisi selesai kita bangun," ujar Wali Kota Solo Joko Widodo (Jokowi) di gedung, DPR, Jakarta, akhir Januari 2012 lalu.
Jokowi menerangkan, industri yang coba dibangun berbasis tenaga rakyat. "Jadi kita enggak mau gagal. Jadi, memulainya dari kecil dan jangan langsung manufaktur raksasa. Berat itu," tegas Jokowi.
"Untuk menjadi sebuah industri yang komersil dan feasible, umumnya mobil tersebut harus mencapai sekitar 40.000 unit per tahun," ujar Menteri Perindustrian MS Hidayat di sela raker dengan Komisi VI di Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (1/2/2012).
Pemerintah, lanjut Hidayat, mendukung inisiatif merek-merek mobil nasional untuk tampil dan berkembang dalam dunia otomotif. Beberapa dukungan yang disiapkan meliputi, promosi dan pemasaran, fasilitasi pencarian investor, ujicoba prototipe dan peningkatan kemampuan industri komponen.
Kemudian, untuk mendorong penggunaan unit di pemerintah pusat dan daerah, lanjut menteri, diberikan kemudahan perizinan seperti Nomor Identifikasi Kendaraan (NIK).
"Beberapa NIK yang sudah dikeluarkan antara lain untuk Tawon (Juni 2008), Komodo (Desember 2007), Gea (Mei 2007), Mahator ( Juni 2007), Kancil (Oktober 2009) dan Esemka (Juni 2010)," beber Hidayat.
Sebelumnya, PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) menyatakan siap menciptakan industri mobil "kecil-kecilan" dengan investasi Rp 50 miliar. Dana ini digunakan untuk membangun pabrik di areal lahan seluas 6.000 meter persegi dengan fasilitas perakitan, finishing dan uji kelayakan.
"Dana Rp 50 miliar termasuk juga untuk produksi 300 mobil. Segera, saat uji emisi selesai kita bangun," ujar Wali Kota Solo Joko Widodo (Jokowi) di gedung, DPR, Jakarta, akhir Januari 2012 lalu.
Jokowi menerangkan, industri yang coba dibangun berbasis tenaga rakyat. "Jadi kita enggak mau gagal. Jadi, memulainya dari kecil dan jangan langsung manufaktur raksasa. Berat itu," tegas Jokowi.
No comments:
Post a Comment