Monday, January 30, 2012

CEO Alam Sutra, Membaca Perilaku Konsumen

Enam tahun lalu, tatkala kompetisi bisnis properti Indonesia semakin ketat, Perumahan Alam Sutera melakukan gebrakan strategis di pasar properti. Mal, rumah sakit, pasar, restoran, sekolah, sentra bisnis, pusat hunian dengan desain atraktif dibangun hampir serentak. Jalan diperlebar, taman ditambah, dan akses ke jalan tol dibangun.
Terobosan baru ini segera mengubah wajah Alam Sutera menjadi kompleks hunian yang jauh lebih hidup dan penuh warna. Arus pembeli menjadi amat deras dan ini segera menjadikan Alam Sutera sebagai sentra hunian dan bisnis yang sangat diperhitungkan kompetitornya.
Dalam catatan Kompas, perusahaan publik ini cepat membaca keinginan konsumen dan ketat menempuh strategi baru. Pada ujungnya, Alam Sutera melonjakkan pendapatan dari Rp 150 miliar menjadi lebih dari Rp 3 triliun per tahun. ”Akan tetapi, kendati meraih kinerja indah, kami selalu menyadari bahwa bisnis sangat dinamis, tidak ada bisnis yang konstan. Bisnis harus menetaskan ide baru, desain yang semakin kompetitif, serta strategi pemasaran yang maju dan lebih maju,” ujar Chief Executive Officer PT Alam Sutera Realty Tbk Tri Ramadi, di Jakarta, Sabtu (28/1/2012).
Ayah dua anak ini mengendalikan Alam Sutera dengan standar kerja sangat tinggi. Tri Ramadi terbiasa dengan hal ini sejak berusia 26 tahun saat menjabat chief finance officer di sebuah perusahaan raksasa di Asia. Ia menjabat CEO Alam Sutera pada usia 36 tahun.
Apa yang Anda lakukan untuk mengubah Alam Sutera?
Ketika masuk pada Januari 2007, saya pelajari saksama kinerja perusahaan. Saya menyadari bahwa secara bisnis Alam Sutera tidak rugi dan para stafnya pekerja yang baik. Namun, ini tidak cukup karena kami mempunyai banyak kompetitor, di antaranya Bumi Serpong Damai dan Summarecon Serpong.
Kita tahu bahwa mental karyawan ada yang pencundang, ada pula yang selama tidak rugi, ya, tidak apa-apa. Namun, ada juga yang mental pemenang. Jelas saya memilih mental pemenang dan ada trust satu sama lain. Maka, terobosannya tidak cukup dengan akal, tetapi harus mengubah kinerja secara menyeluruh.
Kami buat rencana strategis dan mesti ada cara mengeksekusinya secara taktis di lapangan. Saya kawal semua proyek yang hendak dikerjakan. Saya cermati desainnya. Saya tongkrongi seluruh proyek yang tengah dikerjakan. Saya minta bagian penjualan dan pemasaran bekerja dengan inovasi dan kreativitas baru. Saya sadarkan semua karyawan bahwa perusahaan harus lestari. Lebih dari itu agar menjadi tonggak properti Indonesia.
Ada perintah radikal kepada para staf?
Saya minta mereka menaikkan perolehan dari Rp 150 miliar menjadi Rp 1 triliun per tahun. Mereka semua terkejut dan tidak percaya. Sebagai pemimpin, tentu saja saya beri jalan untuk mencapai angka tersebut. Saya buka akses seluas mungkin agar mereka dapat mengeksekusi rencana strategis. Saya ajak mereka berhitung detail dan efisien, misalnya bagaimana soal biaya para pekerja, bagaimana memperoleh barang bermutu, tetapi harga miring.
Langsung ada hasilnya?
Dalam perjalanannya, produk-produk Alam Sutera ternyata disukai publik. Produk kami laris manis. Ini kesempatan emas meyakinkan seluruh dan serta untuk meneruskan rencana strategis kami. Lalu, kami sukses merengkuh angka Rp 1 triliun itu.
Kini, perolehan kami sudah lebih dari Rp 3 triliun per tahun. Tiada henti kami bersyukur. Saya ingatkan teman-teman, jangan pernah sombong. Sebab, seperti kata orang Jerman, kesombongan itu selalu mengawali kejatuhan. Saya ajak teman-teman terus belajar dengan menyisihkan 20 persen dari waktunya untuk belajar.
Anda hendak membawa ke mana Alam Sutera?
Saya ingin menjadi the most profitable company. Tiada hentinya saya menggugah teman-teman untuk lebih langkas berkreasi dan inovasi yang bernilai tinggi. Kita sudah menggenggam hasil yang baik, ayo kita terus berkarya untuk meraih pencapaian lebih cemerlang.
Saya mengingatkan mereka bahwa bisnis itu bagian dari seni, maka cara kerjanya harus berseni, menggunakan hati dan pikiran. Bisnis itu memberi banyak pembelajaran dalam hidup dan saya termasuk yang selalu belajar dari siapa pun.
Masih ada proyek prestisius?
Sekarang Alam Sutera Serpong sudah menggunakan areal lebih kurang 500 hektar, dari total 800 hektar lahan yang ada. Masih ada 300 hektar yang akan digunakan sepenuhnya untuk proyek-proyek baru berkelas. Proyek-proyek yang memberi inspirasi sangat luas kepada publik. Proyek yang menjadi bahan pembelajaran siapa saja, termasuk para arsitek dan calon arsitek.
Sekarang dengan fasilitas yang lengkap, ibu-ibu dapat berbelanja di pasar atau sentra belanja yang dekat. Anak-anak dapat berjalan kaki ke sekolah karena jarak dekat. Yang bekerja, baik ayah maupun ibu, dapat menuju kota dengan akses yang luas.
Alam Sutera masih mempunyai banyak proyek prestisius, tetapi rasanya tidak bijak kalau saya utarakan sekarang. Mudah-mudahan apa yang kami hasilkan akan menjadi berkat bagi publik.
Anda suka menyelam dan naik gunung. Apa yang diperoleh dari sana?
Saya amat keras dalam bekerja karena itu mesti diimbangi dengan aktivitas menikmati hidup. Saya suka menyelam untuk melihat keindahan dasar laut.
Ketika menyelam, kita melihat dunia yang sangat senyap, tetapi mengandung makna dalam. Sebab, dalam keheningan itu sesungguhnya kita melihat dunia lain yang penuh warna dan damai. Banyak inspirasi diperoleh dari sana.
Kalau naik gunung?
Naik gunung tidak kalah asyiknya. Saya naik gunung tiga sampai empat kali setahun di dalam negeri ataupun di luar negeri. Selain pemandangan alam yang elok, di gunung kita juga bisa melakukan kontemplasi yang sangat dalam.
 
Sumber :
Kompas Cetak

No comments:

Post a Comment