Ketika berprofesi menjadi petani tak memberikan penghasilan yang tetap, Suwardi pun beralih ke usaha mebel. Pilihan ini tidaklah sia-sia karena si pengusaha mebel dari daerah Ngawi, Jawa Timur, tersebut berhasil menginjakkan kaki hingga ke Taiwan.
"Usaha furnitur (mebel) lebih menguntungkan daripada pertanian," tutur Suwardi kepada Kompas.com di sela-sela pameran furnitur internasional yang diadakan di Jakarta Convention Center, Minggu (10/4/2011).
Usaha mebelnya yang diberi nama Wuri Lestari memanfaatkan kayu-kayu bekas yang diperoleh dari perajin kayu yang lain. Kayu-kayu bekas itu kemudian dia olah menjadi bentuk-bentuk yang artistik atau dia menyebutnya bentuk alam. "Desainnya saya yang buat," ujar Suwardi.
Usaha mebelnya yang dimulai sejak tahun 1998 kini telah merambah pasar Asia Timur, seperti Taiwan, Jepang, dan China. Namun, dari tiga negara itu, pasar ke Taiwan lebih besar. "Ekspor mulai tahun 2002. Tapi gantian. Kadang-kadang ke Jepang. Terus, berhenti lagi. Setelah itu dapat lagi (negara lain)," tuturnya.
Adapun pasar ke China baru dia jajaki belakangan ini. "Saya pameran ke Schenzen, China, baru-baru ini (2010) karena diajak Dinas Provinsi Jatim," tuturnya bangga.
Mengenai kendala usaha, ia pun tidak menampik bahwa modal menjadi kendala yang cukup besar. "Kendala pasti ada, modal. Ya, kami lewat komersial saja," urainya seraya menjelaskan bahwa ia tidak menggunakan jasa kredit.
Saat ini, Suwardi pun berhasil meraup omzet Rp 60 juta-Rp 100 juta per bulannya. Namun, angka ini tergantung pasar. Ekspor pun tidak rutin setiap bulan atau dilakukan dua bulan sekali.
"Usaha furnitur (mebel) lebih menguntungkan daripada pertanian," tutur Suwardi kepada Kompas.com di sela-sela pameran furnitur internasional yang diadakan di Jakarta Convention Center, Minggu (10/4/2011).
Usaha mebelnya yang diberi nama Wuri Lestari memanfaatkan kayu-kayu bekas yang diperoleh dari perajin kayu yang lain. Kayu-kayu bekas itu kemudian dia olah menjadi bentuk-bentuk yang artistik atau dia menyebutnya bentuk alam. "Desainnya saya yang buat," ujar Suwardi.
Usaha mebelnya yang dimulai sejak tahun 1998 kini telah merambah pasar Asia Timur, seperti Taiwan, Jepang, dan China. Namun, dari tiga negara itu, pasar ke Taiwan lebih besar. "Ekspor mulai tahun 2002. Tapi gantian. Kadang-kadang ke Jepang. Terus, berhenti lagi. Setelah itu dapat lagi (negara lain)," tuturnya.
Adapun pasar ke China baru dia jajaki belakangan ini. "Saya pameran ke Schenzen, China, baru-baru ini (2010) karena diajak Dinas Provinsi Jatim," tuturnya bangga.
Mengenai kendala usaha, ia pun tidak menampik bahwa modal menjadi kendala yang cukup besar. "Kendala pasti ada, modal. Ya, kami lewat komersial saja," urainya seraya menjelaskan bahwa ia tidak menggunakan jasa kredit.
Saat ini, Suwardi pun berhasil meraup omzet Rp 60 juta-Rp 100 juta per bulannya. Namun, angka ini tergantung pasar. Ekspor pun tidak rutin setiap bulan atau dilakukan dua bulan sekali.
No comments:
Post a Comment